Photobucket
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

31 January 2011

Persija bertolak ke Balikpapan


Setelah Mengandaskan perjuangan team asal Jepara, Persijap di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan Jakarta pada Sabtu lalu, 29/1, team Persija Senin pagi ini, 31/1 Telah bertolak ke kota Balikpapan, Kalimantan Timur untuk menghadapi tuan rumah team Persiba di Stadion Persiba, Balikpapan dalam laga lanjutan ISL 2010/2011 yang merupakan partai ke-12 buat Persija di musim ini dan informasi yang diterima Jak Online saat ini pesawat yang membawa team Persija telah melakukan "Take Off" pukul 08.00 WIB dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Sepinggan Balikpapan, Kalimantan Timur.

Bagi Persija, sisa laga di Leg-1 ISL 2010/2011 ini semuanya akan dilakoni di pulau Borneo menghadapi team-team dari Kalimantan Timur, yaitu menghadapi Persiba Balikpapan pada tanggal 2 Februari 2011 di Stadion Persiba Balikpapan, kemudian menghadapi team Bontang FC pada tanggal 10 Februari 2011 di Stadion Mulawarman, Bontang yang akan dilanjut pada tanggal 13 Februari 2011 menghadapi team Persisam Samarinda di stadion Segiri kota Samarinda, Kalimantan Timur.

Team Persija rencananya setelah menghadapi team Persiba, 2/2 nanti akan kembali dulu ke Jakarta dari rencana awal yang akan tetap tinggal di Kalimantan dalam menjalani 3 partai tandangnya di Kalimantan pada sisa laga Leg ke-1 ini untuk menghindari kejenuhan para pemain Persija, sehingga sehari setelah pertandingan, 3/2 Team akan langsung kembali ke Jakarta dari Balikpapan dan akan menggelar latihannya pada tanggal 4,5 & 6 Februari 2011 di GOR Ciracas, Jakarta.

Sumber: JakOnline


Isi Email Kasus suap Final AFF 2010 dan profil Elie Cohen


Siapa Elie Cohen Pengirim Email Suap di Piala AFF? 
Surat kaleng yang dialamatkan kepada Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan ditembuskan kepada Menteri Olah Raga, Ketua KPK, Ketua DPR, serta Ketua KONI yang menyebutkan sejumlah dugaan adanya praktik jual beli kemenangan timnas Indonesia yang dilakukan pejabat teras PSSI kepada bandar judi kelas kakap di Malaysia mulai beredar luas di dunia maya.

Tidak hanya menuding oknum PSSI telah dengan tega membuat Indonesia kalah telak dari Malaysia 3-0, surat yang dikirimkan seseorang bernama eli Cohen tersebut juga menuding sejumlah nama pejabat teras PSSI yang mendapatkan keuntungan dengan jumlah sangat besar dengan kekalahan Indonesia tersebut.

Siapa Eli Cohen sebetulnya? Mengapa penulis surat kaleng ini memilih Eli Cohen sebagai nama samarannya, apakah ini ada kaitanya dengan intelijen, semua masih tanda tanya. Seperti diketahui, Eli Cohen yang lahir pada 26 Desember 1924 dan wafat pada 18 Mei 1965 adalah seorang agen rahasia Mossad, Israel, dan diangggap sebagai salah satu mata-mata paling sukses setelah perang dunia II.

Cohen lahir di Mesir dan ikut serta dalam setiap aktivitas pro Israel di Mesir selama tahun 1950-an. Ia direkrut Mossad pada tahun 1960 dan diberi identitas palsu sebagai orang Syria yang kembali pulang setelah lama hidup di Argentina. Untuk memperkuat penyamarannya ini, ia bahkan pindah ke Argentina pada tahun 1961.

Sumber: InfoLigaIndonesia


Isi Email Kasus Suap AFF CUP 2010
Inilah surat elektronik yang dikirimkan Eli Cohen tersebut. Namun, demi alasan etika, inisial para pejabat sengaja kami hilangkan:

From: eli cohen
Date: Sun, 30 Jan 2011 14:36:16 +0700
To: ; ;

Subject: Mohon Penyelidikan Skandal Suap saat Piala AFF di Malaysia

Kepada Yth.
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden Republik Indonesia

Di Jakarta


Dengan Hormat,

Perkenalkan nama saya Eli Cohen, pegawai pajak dilingkungan kementrian Keuangan Republik Indonesia. Semoga Bapak Presiden dalam keadaan sehat selalu.

Minggu ini saya membaca majalah tempo, yang mengangkat tema khusus soal PSSI. Saya ingin menyampaikan informasi terkait dengan apa yang saya dengar dari salah satu wajib pajak yang saya periksa dan kebetulan adalah pengurus PSSI (maaf saya tidak bisa menyebutkan namanya) . Dari testimony yang disampaikan ternyata sangat mengejutkan yaitu adanya dugaan skandal suap yang terjadi dalam Final Piala AFF yang dilangsungkan di Malaysia.

Disampaikan bahwa kekalahan tim sepak bola Indonesia dari tuan rumah Malaysia saat itu adalah sudah ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Hal ini terjadi karena adanya permainan atau skandal suap yang dilakukan oleh Bandar Judi di Malaysia dengan petinggi penting di PSSI yaitu XX dan XXX. (ia menulis inisial dua nama, red).

Dari kekalahan tim Indonesia ini baik Bandar judi maupun 2 orang oknum PSSI ini meraup untung puluhan miliar rupiah.

Informasi dari kawan saya, saat dikamar ganti dua orang oknum PSSI ini masuk ke ruang ganti pemain (menurut aturan resmi seharusnya hal ini dilarang) untuk memberikan instruksi kepada oknum pemain. Insiden “laser” dinilai sebagai salah satu desain dan pemicunya untuk mematahkan semangat bertanding.

Keuntungan yang diperoleh oleh dua oknum ini dari Bandar judi ini digunakan untuk kepentingan kongres PSSI yang dilangsungkan pada tahun ini. Uang tersebut untuk menyuap peserta kongres agar memilih XX kembali sebagai Ketua Umum PSSI pada periode berikutnya.

Saya bukan penggemar sepak bola, namun sebagai seorang nasionalis dan cinta tanah air saya sangat marah atas informasi ini. Nasionalisme kita seakan sudah dijual kepada bandar judi untuk kepentingan pribadi oleh oknum PSSI yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karenanya saya meminta Bapak Presiden untuk melakukan penyelidikan atas skandal suap yang sangat memalukan ini.

Semoga Tuhan memberkati Negara ini.


Hormat Kami,
Eli Cohen
Pegawai Pajak


Tembusan
1. Menteri Olah Raga
2. Ketua KPK
3. Ketua DPR
4. Ketua KONI

Sumber: InfoLigaIndonesia


Laga Malaysia vs Indonesia Dijual Pengurus Teras PSSI?


Kasak kusuk tentang adanya dugaan oknum PSSI yang menjual laga leg pertama final AFF Suzuki Cup 2010 di Stadion Bukit Jalil, Kualalumpur, lalu makin kencang terdengar.

Jika sebelumnya isu soal oknum PSSI yang tega menjual kemenangan Indonesia kepada bandar judi kelas kakap di Malaysia hanya beredar
dari mulut ke mulut, kini muncul pengakuan dari seseorang yang mengaku bernama Eli Cohen, pegawai pajak di lingkungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia, yang menyampaikan surat terbuka melalui email kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sby@presiden.go.id.

Surat tersebut dikirim juga ke email redaksi Tribunnews.com, Bolanews, dan Topskor.

Dalam surat elektronik tersebut, Eli bercerita soal kekecewaannya mendengar adanya ketidak beresan yang terjadi saat Indonesia yang tampil luar biasa di turnamen tersebut. Apalagi, tiba-tiba Indonesia kemudian dihajar telak Malaysia 3-0. Kekalahan tersebut, menurutnya, telah diatur sebelumnya agar Indonesia kalah dari Malaysia.
"Kekalahan tim sepak bola Indonesia dari tuan rumah Malaysia saat itu adalah sudah ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Hal ini terjadi karena adanya permainan atau skandal suap yang dilakukan oleh Bandar Judi di Malaysia dengan petinggi penting di PSSI (ia menulis inisial dua nama, red). Dari kekalahan tim Indonesia ini baik Bandar judi maupun 2 orang oknum PSSI ini meraup untung puluhan miliar rupiah," ujar Eli dalam email tersebut.

Lebih lanjut, Eli juga mengatakan dalam suratnya bahwa hasil menjual kemenangan Indonesia kepada bandar judi tersebut kemudian digunakan untuk membiayai Kongres Tahunan PSSI di Bali beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, Eli juga mengatakan dalam suratnya jika dua oknum PSSI yang menjadi otak kekalahan tersebut sempat masuk ke ruang ganti pemain dan memberikan instruksi khusus kepada oknum pemain yang kemudian ambil bagian memerankan bagiannya mengacaukan dan mematahkan semangat bertanding timnas.

Eli juga menambahkan, persoalan sinar laser yang kemudian timbul dan dianggap sebagai biang kekalahan timnas juga termasuk salah satu bagian dari skenario besar membuat timnas kalah. Karena, dengan kekalahan tersebut, oknum PSSI yang menurut Eli telah berbuat tega membuat timnas kalah tersebut kemudian mendapatkan keuntungan berlipat dari bandar Malaysia, demikian surat Eli kepada Presiden SBY.

Belum ada konfirmasi atas surat ini. Surat yang diterima Tribunnews.com menyebutkan, email itu juga dikirimkan ke Menteri Olah Raga, Ketua KPK, Ketua DPR, dan Ketua KONI.

Sumber: InfoLigaIndonesia


30 January 2011

Salah satu Legenda Persija, Hadi Mulyadi (Fan Tek Fong) meninggal dunia...


 Bintang sepak bola era 1960 dan 1970-an, Fan Tek Fong alias Hadi Mulyadi. 

Mantan pemain Timnas Indonesia Fan Tek Fong yang kemudian dikenal dengan nama Hadi Mulyadi (67), meninggal dunia pada Ahad (30/1) malam di Jakarta, karena serangan jantung. Almarhum adalah salah seorang pemain besar pada zamannya, sebagaimana teman-teman seangkatannya yang telah mendahuluinya pergi, seperti Soetjipto Soentoro, Abdul Kadir, dan Yakob Sihasale.

"Kita kehilangan salah seorang bintang besar yang banyak berjasa pada persepakbolaan nasional," kata Sekjen PSSI, Nugraha Besoes, dikutip dari situs resmi PSSI, Senin.

Menurut Nugraha, Hadi Mulyadi adalah pemain besar yang sangat bersahaja, tidak sombong, mudah diajak bicara oleh orang yang usianya jauh dibawah dia sekalipun.

Jenazah Fan Tek Fong masih disemayamkan di Ruang C RS Husada itu. Pihak keluarganya memastikan, almarhum akan dikremasi pada Rabu (2/2) sekitar pukul 10.00 WIB.
Fan Tek Fong, lahir di Serang, Banten, 19 September 1943, adalah salah satu bintang timnas Indonesia era 1960-an dan 1970-an.

Belajar sepak bola secara serius sejak usia 10 tahun di bawah bimbingan pelatih nasional legendaris (alm) Endang Witarsa, Tek Fong memulai karir fenomenalnya di klub UMS Petak Sinkian, sebelum kemudian bergabung dengan Persija Jakarta.

Ia kemudian sempat bermain untuk Pardedetex, Medan, walau kemudian kembali ke Jakarta memperkuat klub Warna Agung.
Pada tahun 1960, Tek Fong diterima masuk Union Makes Strength (UMS) setelah Dokter Endang melihat ada kelebihan di kakinya. Hampir bersamaan dengannya, masuk pula Surya Lesmana, Reni Salaki, Kwee Tik Liong, dan Yudo Hadianto.

Saat dokter Endang Witarsa dipercaya sebagai pelatih tim nasional, ia juga meminta Tek Fong untuk bergabung. Pretasinya di tim nasional semakin cemerlang.

Tek Fong bersama dengan Soetjipto Soentoro, Abdul Kadir, Yacob Sihasale, Risdianto, Surya Lesmana, Reni Salaki, Yuswardi, serta Anwar Udjang berhasil membawa berbagai gelar juara ke Indonesia.

Tek Fong memang tak tergeserkan selama delapan tahun di tim nasional. Ia tidak hanya membawa Persija Jakarta menjadi juara Perserikatan pada tahun 1963 tetapi juga ikut mempersembahkan empat gelar juara bagi tim nasional Indonesia, yaitu; King's Cup 1968, Merdeka Games 1969, Anniversary Cup 1972, dan Pesta Sukan 1972.

Sumber: Republika


Bepe: LPI Masih Prematur


 Seakan ingin ikut berkomentar, striker Persija Jakarta yang juga punggawa Timnas Indonesia Senior, Bambang Pamungkas, mengatakan jika Liga Premier Indonesia (LPI) masih prematur.

Hal itu diungkapkan BP (sapaan akrab Bambang Pamungkas) usai pertandingan melawan Persijap Jepara, Sabtu (29/1). Baginya, meski Liga Super Indonesia masih belum baik, seharusnya tidak disikapi dengan membuat kompetisi baru di luar PSSI.

“Saya akui Liga Indonesia masih belum bagus. Tapi jika diibaratkan pigura, maka itu (kesemrawutan) harus diselesaikan di dalam pigura itu juga. Kalau diselesaikan di luar pigura yang ada, maka akan semakin semrawut. LPI itu masih prematur,” ujarnya.

BP sendiri sempat diisukan menyebrang ke LPI membela klub PSM Makassar. Namun ia menolak dengan tegas dan akan membela Persija sampai kontraknya habis.

'Belum ada klub LPI yang menghubungi saya dan berita soal saya ke PSM itu tidak benar. Setelah kontrak saya berakhir, saya belum memutuskan apapun juga. Saya juga tidak mempertimbangkan LPI. Saya tetap akan setia bersama Persija," pungkasnya.

Sementara itu Manajer Komunikasi LPI, Abi Hasantoso, merilis pernyataan bahwa sudah ada tujuh tim yang antri gabung LPI. Tiga tim mau disebutkan klubnya namun sisanya belum mau dipublikasikan dulu.

"Tiga tim tersebut adalah Persik Kediri, Persijap Jepara dan Persib Bandung. Kediri dan Jepara sudah bertemu dengan kita. Cukup serius keinginan mereka untuk gabung. Sedang Persib progresnya terus meningkat," jelasnya.

Sedang keempat tim lainnya, Abi menutup rapat informasi. Hanya saja salah satunya klub besar dan Gubernurnya sudah bertemu manajemen LPI.

"Prinsipnya, mereka setuju sepakbola tanpa APBD," tandasnya.

Diakui Abi, tujuh tim yang masuk waiting list ini membuat pihaknya menimbang ulang jumlah klub peserta kompetisi LPI musim ini.

Sejatinya, lanjut Abi, pihaknya hanya menambah satu klub untuk menggenapi jumlah peserta jadi 20 tim.

"Sekarang sedang dibahas jumlahnya dinaikkan jadi 22 tim. Artinya, ada tiga tim yang bisa ikut," tutupnya.

Sumber: BolaIndo


[Video] Persija (3) vs Persijap Jepara (0), Jan 29, 2011



Persija Jakarta memastikan tambahan tiga poin setelah mengalahkan Persijap Jepara 3-0 dalam lanjutan Indonesia Super League, Sabtu 29 Januari 2011.
Sumber: Youtube


Macan muda di tahan maung muda


Persija U-21 melakukan pertandingan pertamanya di kompetisi ISL U-21 hari sabtu (29/01) di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jak-sel melawan musuh bebuyutannya yang juga juara bertahan, Persib U-21. Laga yang seharusnya diadakan di Stadion GBK, Jakarta, harus dipindahkan karena masalah teknis.

Pelatih Simson Rumahpasal membuktikan ucapannya dengan menampilkan permainan menyerang sejak menit awal. Dimenit-menit awal pertandingan, permainan dikuasai oleh anak-anak kota Jakarta. Sesekali pemain depan Persija Rendy Ardiansyah dan Riza Maulana mengancam gawang tim maung muda. Sementara serangan Persib U-21 harus kandas di kaki para pemain belakang Persija U-21.

Tempo permainan begitu cepat karena baik Persija U-21 dan Persib U-21 menampilkan permainan menyerang. Jual beli serangan dari dua tim musuh bebuyutan ini menampilakan hiburan sendiri bagi pendukung Persija yang hadir. Lini tenga Persija U-21 memang sedikit agak lemah, kerjasama Arief Dwi dengan kapten tim Delton Stevano kadang bisa dibaca oleh lawan.

Peluang paling nyata ketika corssing Walid Ansori dari sisi kanan, tidak mampu dihalau oleh pemain belakang Persib, tetapi tendanga menyilang Fahreza Agamal tidak berhasil membuat gol. Lini belakang Persija sedikit kedodoran dengan serangan balik dari Persib U-21, beruntung Yusuf Endang bermain sangat tenang dalam menghalau serangan.

Babak kedua, kedua tim tetep tampil menyerang, inisiatif serangan Persib dimulai pada menit-menit awal babak kedua, beberapa kali umpan-umpan corssing yang menjadi andalan maung muda mengancam gawang Persija yang kali ini dikawal oleh Restu Sya'ban. Ada peluang besar Persib untuk mencetak gol ketika sapuan Angga Rohman tidak berhasil mengenai bola dan bola direbut oleh pemain depan Persib U-21, beruntung Restu berhasil mengamankan bola hasil dari kesalahan pemain belakang Persija U-21 itu.

Anak-anak kota bukannya tanpa serangan, beberapa kali pergerakan Riza Maulana sempat merepotkan lini pertahanan lawan, pergerakan mirip Greg Nwokolo ini benar-benar membuat lini belakang Persib hampir melakukan-melakukan kesalahan, tetapi penyelesaian akhir yang terburu-buru tidak berhasil menciptakan gol untuk Persija.

Sampai peluit babak kedua dibunyikan, kedudukan tetap 0-0. dan hasil ini patut disyukuri, ditengah problem teknis finansial serta persiapan mepet Persija U-21, mereka masih tetap menyuguhkan permainan yang berani dalam meladeni juara bertahan ISL U-21.
Pertandingan ini juga dihadiri oleh beberapa legenda Persija, yaitu Adityo Darmadi, Tonny Tanamal dan Budiman Yunus, mereka datang untuk mensuport Persija muda dan anak-anak mereka yang menjadi tulang punggung Persija U-21. Bung Ferry, asisten manajer Persija senior juga turut hadir di Soemantri Brodjonegoro.

Tanggal 4 Februari nanti, Persija U-21 akan bertandang ke Pekanbaru, melawan PSPS U-21. Tim kembali ke mess Cilangkap untuk pemulihan kondisi. Tanggal 2 Februari, tim Persija U-21 akan terbang ke Pekanbaru.      

Susunan pemain Persija U-21 melawan Persib U-21

(3-5-2) : Restu Sya'ban; Angga Rohman, Ade Putra, Yusuf Endang N.; Tri Johan ( Juan R. ), Fahreza Agamal, Delton Stevano, Arief Dwi ( Barruna Octada ), Walid Ansori; Rendy Ardiansyah, Riza Maulana.

Cadangan : Adixi Lenzivio, Rendy Wijaya, A. Tommy, Lanni A.

Pelatih : Simson Rumahpasal – Berti Tutuarima.


Oleh :  (GRY - JO)
Sumber: JakOnline


Bepe: Pemain Bisa Cetak Gol dan Tidak


Bambang Pamungkas mengaku, kalau dirinya bermain kurang baik. Banyak peluang yang terbuang. Puasa gol merupakan bagian dari sebuah karir pemain profesional. Cinta Persija, Emoh ke Klub Lain.

“Saya setuju kalau para pemain Persija termasuk saya, bermain kurang bagus pada pertandingan ini. Secara keseluruhan, permainan kami kurang baik,” ujar Bepe –pagilan akrab Bambang-, usai pertandingan Persija Jakarta kontra Persijap, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (29/1).

“Banyak peluang yang tercipta, kalau tidak salah ada 10 kesempatan mencetak gol, namun hanya tiga yang menghasilkan. Ya, itu merupakam bagian dari sepak bola. Kendati tak bermain bagus, namun kami tetap menang,” tambah Bambang.

Ketika ditanya dirinya kembali tak mencetak gol dan memperpanjang masa puasa gol, Bepe mengatakan, setiap pemain sepak bola ada kalanya bisa mencetak gol dan ada kalanya tidak. Dan itu merupakan bagian dari sebuah karir pemain sepak bola profesional.

Sementara itu, merespon pertanyaan wartawan apakah benar bakal hijrah ke PSM Makassar, Bepe mengungkapkan, tak pernah ada klub yang menjalin komunikasi dengannya. Dirinya bakal tetap di Persija hingga kontraknya habis.

“Saya tidak pernah berkomunikasi dengan tim manapun. Saya akan tetap di Persija hingga kontrak berakhir. Tak tahu kalau kontrak nanti habis. Tapi saya tegaskan, saya akan tetap bermain untuk Persija. Saya mencintai klub ini,” terang Bepe.

“Ngomong-ngomong PSM bermain dimana ya?” tanya Bepe seraya tersenyum. “Saya tak mempermasalahkan kompetisinya. Namun, menurut saya alangkah baiknya jika ada dua kompetisi berbeda, berjalan dalam satu figura yang sama. Jangan keluar dari figura," jelas Bepe

"Saya akui kompetisi Liga Super Indonesia masih semerawut. Namun, saya juga tak mengatakan kalau LPI bagus. Dan tentunya sebagai pemain profesional saya akan memilih kompetisi yang legal,” pungkas Bepe.

Oleh: Bayu Marhaenjati
Sumber: BolaNews


Meski Menang, Persija Kurang Bagus Bermain


Kendati menang besar, Rahmad Darmawan tetap membumi. Menurutnya, Persija tak menampilkan permainan terbaik. Tapi, bagaimanapun kemenangan patut disyukuri.

“Kendati kami menang 3-0, saya pikir Persijap juga menampilkan permainan bagus. Saya acungi jempol atas strategi yang diturunkan Suimin Diharja. Kami sempat terpancing, mengikuti gaya permainan mereka,” ujar Rahmad, pasca pertandingan, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (29/1).

“Permainan mereka cukup merepotkan kami. Ketika kami membangun serangan, misal dari tengah, semua pemain tengah Persijap sudah mengantisipasi di belakang. Mereka main cukup impresif dalam menutup ruang,” tambah Rahmad.

Lebih lanjut Rahmad mengaku, kalau skuadnya tak menampilkan permainan terbaik. Banyak peluang yang tercipta, namun karena kurang tenang kesempatan emas tersebut terbuang. Namun, bagaimanapun caranya, kemenangan harus disyukuri. "Saya berterima kasih kepada para pemain atas itu."

“Saya akui kalau kami bermain tidak terlalu bagus dan ini merupakan pekerjaan rumah buat kami. Saya pikir kami lebih bagus ketika main di Persipura. Lebih baik main biasa saja dan menang, daripada main bagus tapi kalah,” kata Rahmad.

“Absennya Greg Nwokolo dan Syamsul, tak terlalu berpengaruh dengan kekuatan tim. Kami sudah terbiasa kehilangan pemain dan biasanya mengatasi hal itu kami melakukan rotasi pemain,” pungkas Rahmad.

Sebelumnya,Persija Jakarta berhasil membungkam Persijap Jepara 3-0, dalam lanjutan Liga Super Indonesia, di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Sabtu (29/1). Kendati menang Persija masih bertengger di posisi 4 klasemen sementara.

Sepanjang laga, Macan Kemayoran mendominasi permaianan sejak awal babak. Adalah, Oliver Makor (menit 25), M. Nasuha (menit 63), dan Agu Kasmir (menit 85) yang mencetak gol pada laga itu.

Sumber: BolaNews

RD Kaget Lihat Permainan Persijap

Arsitek tim Macan Kemayoran itu mengaku performa tim besutannya tidak sebagus di Papua.

Pelatih Persija Jakarta Rahmad Darmawan mengaku kaget dengan pola permainan yang dikembangkan Persijap Jepara ketika kedua tim saling bentrok di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu [29/1].

Menurut RD, sebutan Rahmad, taktik yang diterapkan Persijap diluar dugaannya. Berdasarkan yang ia lihat dari rekaman beberapa pertandingan tim Laskar Kalinyamat, tim besutan Suimin Diharja itu selalu menerapkan pressing ketat, baik kandang maupun tandang.

“Yang saya lihat di sini berbeda. Bang SD [Suimin] telah menerapkan taktik berbeda dari yang saya lihat dari rekaman pertandingan mereka. Saya tunggu pressing mereka, tapi tidak keluar. Pemain akhirnya terbawa arus permainan yang dikembangkan Persijap,” ungkap RD.

Ditambahkan, kendati tim besutannya memetik kemenangan tiga gol tanpa balas, RD menilai permainan yang diperlihatkan Persija tidak sesuai harapan. Bahkan, RD menganggap kemenangan itu bukan diraih dengan permainan yang bagus.

“Walau menang, tapi permainan kami tidak bagus. Justru permainan kami di Papua lebih bagus dari tadi. Tapi saya memilih permainan tidak bagus, namun kami menang,” kata RD sambil tersenyum.

Oleh : Donny Afroni
Sumber: Goal.com


29 January 2011

Persija atasi Persijap, 3-0


Persija Jakarta memastikan tambahan tiga poin setelah mengalahkan Persijap Jepara 3-0 dalam lanjutan Indonesia Super League, Sabtu 29 Januari 2011. Ketiga gol Persija disumbang Oliver Makor di menit 24, M Nasuha di menit 61, dan Agu Casmir ...di menit 85.

Hasil ini menambah koleksi poin Persija jadi 20 dari 11 pertandingan. Sedangkan Persijap tertahan di papan tengah dengan 14 poin.

Bertanding Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, Persija menguasai penuh jalannya pertandingan. Sesudah menutup babak pertama dengan skor 1-0, tim Macan Kemayoran makin tak terbendung di paruh kedua.

Hasilnya membuat Persija menambah satu gol di menit 61 setelah M Nasuha mampu menyambut sepak pojok Oktavianus. M Nasuha yang tidak terjaga langsung menyarangkan bola ke kiri bawah jala Persijap.

Gol kedua ini tak lepas dari cederanya Kiper M.Yasir. Sebab, beberapa menit sebelum gol Nasuha terjadi, Yasir nampak bermasalah dengan kaki kanannya. Selepas gol itu akhirnya yasir ditarik dan diganti Kiper Danang Wihatmoko.

Danang langsung mendapat ujian pertama dengan serangan yang dibangun Tony Sucipto. Tony melepaskan tembakan keras yang membuat Danang menepisnya. Namun, bola rebound malah jatuh ke kaki Nasuha. Beruntung buat Persijap, Nasuha menendang bola terlalu keras dan melambung di atas mistar.

Tapi, tembok pertahanan Persijap akhirnya tumbang juga setelah Agu Casmir mencetak gol ketiga di menit 85. Casmir memanfaatkan umpan dari Leo Saputra dari sisi kanan pertahanan Persijap. Dengan sedikit menjatuhkan badan, bola pun sampai di kepala Casmir yang kemudian menanduknya.

Itu menjadi gol terakhir yang tercipta. Hingga peluit panjang, Persija menutup skor dengan keunggulan 3-0.
Sumber: VivaNews dan FB ILSI


Persija – Persijap: Sama-sama tampil pincang



Persija Jakarta bertekat mengamankan poin penuh di laga kandang terakhir jelang berakhirnya putaran pertama Indonesia Super League musim 2010/2011. Ambisi itu akan diwujudkan saat menjamu Persija Jepara di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) sore nanti. Setelah melawan Persijap, Persija akan tampil tandang di dua partai pamungkas putaran pertama.

Saat ini Persija tertahan di posisi 4 besar dengan poin 17. Tertinggal 9 poin dari pemuncak klasemen Persipura Jayapura. Target merebut gelar menjadi sangat berat. Karena itu, agar masih berada di jaluir juara, Persija sore nanti tak ingin kehilangan poin.

Sayang, di laga yang akan disiarkan langsung oleh AnTV itu, Macan Kemayoran pincang. Dua pilar utamanya tidak bisa main karena sanksi akumulasi kartu. Yaitu Greg Nwokolo dan Syamsul Chaeruddin. "Greg dan Syamsul tidak bisa bermain karena akumulasi kartu. Kerugian tentunya bagi tim. Namun, Persija punya alternatif tanpa mereka," kata pelatih Persija, Rahmad Darmawan usai mencoba lapangan SUGBK kemarin pagi.

Tapi, absennya Greg diakui Rahmad akan mengurangi daya dobrak timnya. Tipikal Greg menurut Rahmad adalah destroyer di lini depan Persija. Dengan skill individunya yang diatas rata-rata, pemain asal Nigeria itu sudah menyumbang tiga gol untuk Persija. "Selama ini Greg bertugas menjadi perusak pertahanan lawan. Agak unik, karena dia juga bisa menjadi finisher, walau perannya tidak murni sebagai goal getter. Mungkin Oktavianus atau M Ilham bisa dirotasi di posisi itu," lanjut Rahmad.

Untuk pos yang ditinggalkan Syamsul, Rahmad mengaku bakal menugasi gelandang timnas, Tony Sucipto. "Asal tak cedera, Tony adalah pilihan pertama menggantikan Syamsul. Karakternya cukup tenang," timpal Francis Wewengkang, asisten pelatih Persija.

Beruntung, saat kekuatan tidak utuh, tim lawan juga bernasib serupa. Empat pemain tim berjuluk Laskar Kalimanyat bakal absen akibat berbagai hal. Bahkan, klub asal kota ukir ini minus stok penyerang.

"Kami kesulitan penyerang saat ini. Noorhadi dan Gendut Dony kemungkinan tidak bisa main karena masih cedera. Riski Novriansya ikut Training Camp (TC) timnas U-23. Noorhadi terpaksa kami bawa, karena kami memang tak punya stok striker lagi. Bek Anam Syahrul juga terkapar karena hamstring," terang Suimin Diharja, arsitek Persijap.

Karena masalah cedera, Rabu (26/1) kemarin, Persijap dilibas lima gol tanpa balas saat bertandang ke markas PSPS Pekanbaru. "Tapi melawan Persija, kami berharap bisa berbuat sesuatu. Sepakbola di Indonesia itu seperti hantu. Tak ada yang bisa memastikan Persija bakal mudah melawan kami," sebut Suimin.

Perkiraan Pemain


Persija (4-3-3): Hendro Kartiko, M Nasuha, Precious, Ambrizal, Leo, Oktavianus, Tony sucipto, M Ilham, Aliyudin, Bambang Pamungkas, Agu Casmir
Pelatih: Rahmad Darmawan

Persijap (4-4-2): Danang Wihatmoko, Didik, Fendy Julianto, Mahendra, Nurul Huda, Danan Puspito, Evaldo Silva, Kasiadi, Nanang Chanafi, Johan Juansyah, Noorhadi
Pelatih: Suimin Diharja


Tiga Pertemuan Terakhir di ISL:
15-05-2010: Persijap Jepara vs Persija Jakarta 2-1
30-01-2010: Persija Jakarta vs Persijap Jepara 0-0
21-05-2009: Persijap Jepara vs Persija Jakarta 1-1

Sumber: BolaIndo

Tim tamu lebih pincang
Persijap berusaha memberikan kejutan kepada Persija yang bermain di hadapan pendukungnya.

Kendati mengalami krisis barisan depan, pelatih Persijap Jepara Sumin Diharja mengaku tim besutannya sudah siap meladeni permainan tim tuan rumah Persija Jakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, Sabtu [29/1], dalam lanjutan Superliga Indonesia 2010/11.

Menghadapi Persija, barisan depan Persijap bermasalah. Deretan penyerang yang dimiliki tim Laskar Kalinyamat sedang bergelut dengan cedera dan pelatnas Pra-Olimpiade.

Dua ujung tombak Noor Hadi dan Gendut Doni Christiawan masih dalam tahap pemulihan cedera. Sedangkan Riski Novriansyah absen, karena harus menjalani pelatnas timnas U-23. Kondisi ini tidak menguntungkan bagi Persijap setelah bek Anam Syahrul juga bakal absen akibat cedera hamstring.

“Kami berharap bisa berbuat sesuatu melawan Persija. Sepakbola di Indonesia seperti hantu. Jadi tak ada yang bisa memastikan Persija akan dengan mudah menghadapi kami,” tegas Suimin.

“Ada enam pemain yang tidak bisa turun di pertandingan nanti. Tapi Noor Hadi tetap kami bawa, karena kami tak punya pilihan lain.”

Kondisi tak jauh berbeda juga dialami Persija. Tim Macan Kemayoran dipastikan tak diperkuat pemain andalannya Greg Nwokolo dan Syamsul Chaeruddin, karena menjalani sanksi akumulasi kartu.

“Semua pemain dalam kondisi siap tanding. Kecuali Greg, semua pemain asing bisa dimainkan. Yang jelas, kami harus meraih poin maksimal saat main di kandang sendiri,” kata pelatih Persija Rahmad Darmawan.

Untuk menggantikan posisi Greg dan Syamsul, Rahmad mengaku sudah menyiapkan sejumlah pemain, diantara Toni Sucipto dan M Nasuha. Sementara di barisan depan tetap mengandalkan duet Bambang Pamungkas dan Agu Cashmir.

Oleh: Donny Afroni
Sumber: Goal.com


Jelang kontra Persijap, Macan Kemayoran lupakan kekalahan di Papua


Photobucket
Persija Jakarta telah melupakan kekalahan saat tur Papua dan siap meraih poin penuh saat menghadapi Persijap pada Djarum Indonesia Super League (ISL) 2010/2011 di Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (29/1).

Pada tur Papua, Bambang Pamungkas dan kawan-kawan harus menyerah 0-2 dari tuan rumah Persiwa Wamena dan 1-2 dari tuan rumah Persipura Jayapura.

"Setelah tur Papua kondisi tim sudah tidak ada masalah. Semua pemain dalam kondisi siap tanding kecuali yang terkena akumulasi kartu kuning," kata pelatih Persija Rahmad Darmawan usai mencoba Lapangan Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat.

Tim Macan Kemayoran saat menghadapi Persijap Jepara dipastikan tidak diperkuat gelandang serang handalnya, Greg Nwokolo dan gelandang bertahan yang kenyang menjadi skuas timnas, Syamsul Chaerudin.

Menurut dia, meski kedua pemain inti itu absen pihaknya tidak merisaukan karena masih memiliki stok pemain yang melimpah. Bahkan pemain belakangnya yaitu M. Nasuha juga bisa diplot menggantikan Greg Nwokolo.

Untuk posisi yang ditinggalkan Syamsul Chaerudin, pria yang akrab dipanggil RD itu juga mempunyai banyak pilihan yang salah satunya adalah Toni Sucipto. Sedangkan untuk lini depan tetap mengandalkan duet Bambang Pamungkas-Agu Casmir.

"Kecuali Greg semua pemain asing siap diturunkan. Yang jelas kami harus mampu meraih poin maksimal," kata mantan pelatih Sriwijaya FC itu.

Ditanya kemampuan calon lawannya, RD mengaku sudah mengetahui karakter permainan Persijap termasuk karakter pelatih barunya yaitu Suimin Diharja.

Dengan kondisi pemain yang ada pihaknya optimistis mampu mengatasi gempuran dari Laskar Kalinyamat. Apalagi Persija dipastikan akan didukung penuh oleh suporter fanatiknya The Jakmania.

"Persijap punya karakter pressing ketat. Jadi kami harus menyiapkan strategi khusus agar mampu meredamnya," katanya menambahkan.

Sementara itu, pelatih Persijap Suimin Diharja mengaku timnya saat ini tidak dalam kondisi pincang karena banyak pemain yang mengalami cedera. Apalagi pemain itu adalah pemain inti.

"Ada enam pemain yang tidak bisa turun. Tapi mereka tetap saya bawa ke sini," katanya usai mencoba latihan di Lapangan Gelora Bung Karno.

Pemain yang kondisinya tidak 100% dan terancam tidak bisa diturunkan di antaranya Gendut Doni dan Nur Hadi. Sedangkan Rizky Novriansyah menjalani pelatnas U-23.

Sumber: Bola.Net


Macan Muda (Persija u-21) akan tampil menyerang


Jelang pertandingan perdana u21 Persija melawan tim kuat Persib u21 yang nota bene adalah sebagai juara bertahan pada musim lalu, anak-anak muda Persija u21 tidak gentar sedikit pun menghadapi lawan yang secara tehnik dan materi dianggap lebih berkelas. Tim macan muda yang dibesut oleh trio macan asia era 80'an Simson Rumahpasal, Berty Tutualima dan David Sulakmono yang pada masa jayanya diera 80an berhasil membawa tim nasional Indonesia sebagai runner up piala kemerdekaan di Seoul Korea Selatan ini akan tambil lebih offensive meski lawannya diatas kertas lebih siap, terbukti tim Persib telah mengantongi nilai 3 yang diraih ketika menang saat menghadapi Semen Padang di partai awal.

Berikut Kutipan dari Coach Simson "kita akan tampil lebih menyerang dan kalau dipresentasikan 60% menyerang 40% bertahan, kondisi tim saat ini dalam kondisi baik,dan siap untuk pertandingan besok, kekompakan tim sudah mulai terlihat, meskipun persiapan tim dibilang sangat mepet. Karena saya baru menangani tim pada awal januari tgl 8 Januari 2011 yang lalu, namun meski dengan persiapan yang terbatas kita akan tetap menargetkan prestasi maksimal di liga ISL U21 tahun ini. Pertandingan ini akan dilangsungkan pada Sabtu, 29 Januari 2011 di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan dengan jadwal Kick Off Pukul 13.30 WIB.

Susunan Tim U21 Persija :
1. Rustu (GK)
2. Ade Fajar
3. Angga Putra
4. Endang
5. Tri johan
6. Delton stevanus (c)
7. Arief dwi
8. Walid
9. Fahreza Agamal
10. Reza Maulana
11. Rendy Ardisyah

Cadangan :
12. Adixi
13. Yusup Rendi
14. Abdul Tommy
15. Juan Rifandi
16.Baruna Octada
17.Lani anto
18.Ade Wahyudi

Oleh : Admin JO
Sumber: JakOnline


28 January 2011

o2 News: Liga Premier Indonesia


STATUS KOMPETISI

PSSI kebakaran jenggot. Adanya LPI membuat mereka panas dingin. Berbagai ancaman mereka tebar. Mulai dari skorsing seumur hidup bagi siapapun yg terlibat di LPI, pencoretan di Tim Nasional, pemecatan klub dari anggota PSSI, dan juga kemungkinan jatuhnya hukuman dari FIFA. Selain itu juga mereka langsung mengumbar janji2 yang sebetulnya merupakan wacana lama yg tidak pernah terealisasi. Match Fee, Man of the Match, Suporter Terbaik, Wasit Terbaik, Panpel Terbaik, dan masih banyak kategori lainnya yang tidak hanya untuk satu musim kompetisi tapi juga per periode pertandingan. Pembagian saham Liga Super Indonesia juga dirubah yang tampaknya menguntungkan klub2 ISL. Tampaknya. Tapi ga tau nanti realisasinya gimana. Karena yg udah2 PSSI selalu punya ratusan dalih yg menguntungkan mereka.

Sikap PSSI bagi gw menunjukkan konsistensi pada sikap lama mereka.... TIDAK KONSISTEN. Mereka tidak mengakui kompetisi IPL. Gw setuju itu. Setiap event sepakbola seharusnya memang seijin dan sepengetahuan PSSI sebagai satu2nya Federasi Sepakbola di Indonesia yg diakui FIFA. Kalo mereka tidak mengakui, berarti di mata PSSI, kompetisi IPL hanyalah kompetisi hiburan yg mirip dengan tarkam, tapi tarkam berskala nasional. Dan karena itu turnamen ga resmi, harusnya PSSI ga perlu kebakaran jenggot sampe menghukum para pelaku sepakbola di LPI. Kan kalo ada yg maen tarkam juga mereka biasanya ga repot2 amat. Itu sebabnya gw bilang mereka plinplan alias ga konsisten.

Persibo, Persema dan PSM adalah klub anggota PSSI yg mengundurkan diri dari ISL karena ketidakmampuan dalam pengelolaan dana. Sesuai regulasi, mereka terkena hukuman degradasi satu tingkat masuk ke Divisi Utama. Ga perlu lagi ada hukuman tambahan sampai mereka dikeluarkan dari anggota PSSI. Ga semudah itu bos! Dan karena mereka masih jadi anggota, otomatis mereka juga berhak ikut Kongres PSSI kemarin.

Para Pelatih, Pemain dan Pengurus yg rame2 ikut LPI juga menurut gw ga perlu dihukum. Mereka cuma ga aktif di kompetisi resmi PSSI. Satu waktu bisa aja mereka masuk ke tim ISL. Ada aturan, setiap klub ISL yg mau ambil pemain dari klub amatir, berarti klub yg bersangkutan harus menyertakan Surat Alih Status bagi si Pemain yang diperkuat Surat Pindah dari klub yg bersangkutan. Tapi kalo klub yg bersangkutan tidak terdaftar di PSSI, dan itu jadi alasan si pemain ga bisa ke ISL, toh dia bisa menapak lagi dari bawah dengan masuk klub Divisi 1 PSSI yang memang berstatus Amatir. Jadi biarkanlah semua berjalan sesuai aturan yg berlaku. Ga usah ditambah2, apalagi dilandasi dengan kebencian pada 'pesaing'.

Soal Tim Nasional, gw setuju dengan Alfred Riedl. Setiap pelatih pasti punya kebijakan sendiri. Dia ga mau pake pemain yg ga maen di Kompetisi resmi PSSI. Kita pasti pernah denger kalo ada Pelatih Nasional di Eropa sana yg ga mau pake pemain yg tidak menjadi starter di klubnya masing2. Ada juga Pelatih Nasional yg ga mau ambil pemain yg tidak bermain di kompetisi level tertinggi di negara tsb. Jadi kalo Riedl punya pertimbangan seperti itu, ya wajar aja. Tapi bukan karena pemain yg bersangkutan dicoret keanggotaannya dari PSSI.

Sayang, PSSI tampaknya sudah menganggap IPL adalah sesuatu yg bisa menjatuhkan mereka. Kenapa? Takut kalah bersaing? Justru hal ini harus jadi pemicu tuk meningkatkan mutu ISL. Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalo di ISL ada 2 (dua) kendala terbesar bagi klub2nya. Yg pertama adalah DANA, dan yg kedua adalah WASIT. Dua hal ini yg jadi faktor seringnya muncul masalah2 di klub2 ISL. Nah harusnya di 2 hal inilah PSSI melakukan evaluasi besar-besaran. Tidak perlu ngurusin IPL, tapi uruslah diri sendiri.

SIKAP PERSIJA

Sering banget gw ditanya wartawan, kenapa Persija ga ke LPI. Buset, siapa sih gw. Yg berhak menentukan Persija ke LPI hanya klub2 pendiri Persija. Berarti yg jadi jubirnya ya Pak Toni Tobias. Tapi mungkin karena Pa Tony susah sekali dihubungin, demikian juga dengan manajer Persija Pa Harianto Bajoeri, jadi gw yg dicecer pertanyaan. Tapi okelah, biar semua jelas, gw coba ungkapin alasan versi gw.

Yg pertama, Persija tidak pernah diundang untuk ikut LPI. Klo ada pihak lain yg mengaku-ngaku sebagai Persija ya harusnya pihak LPI bisa lebih selektif dan tau mana yg sah dan mana yg bukan. Tapi bukan berarti Persija ga ke LPI karena ga punya pilihan. Persija justru telah menentukan sikap untuk TETAP berada di ISL. Baik Pak Fauzi Bowo yang melalui Kepala Dinas Olahraga saat itu Bapak Saefullah (sekarang Walikota Jakarta Pusat) maupun Ketua Umum Persija Bapak Toni Tobias sudah menyatakan dengan tegas klo Persija ikut ISL. Kenapa? Karena ISL adalah kompetisi resmi yang sudah diakui oleh FIFA. Karena Persija adalah anggota PSSI yang tentunya ikut kompetisi yg diselenggarakan PSSI. Karena ISL adalah kompetisi yang ada degradasi sebagaimana kompetisi di negara lain. Karena juara ISL berhak tuk mengikuti Piala Champion Asia.

Belakangan memang muncul polemik dengan keluarnya pernyataan dari Bapak Fauzi Bowo selaku Gubernur DKI yang menyatakan dukungan Persija tuk pindah ke LPI. Sebetulnya hal itu sudah jelas gw jabarin di o2 news. Pa Fauzi Bowo bahkan menyatakan langsung di tengah2 pertandingan Persija melawan Arema kemarin dalam kamar ganti pemain bahwa Pemda DKI tetap memberikan dukungan penuh kepada Persija. Bila Persija memutuskan tetap bermain di ISL, beliau tetap akan mensuport. Media sekarang memang sudah tidak independent lagi. Masing2 buat berita menurut versi otaknye sendiri, versi yg lebih mendukung kemauannye, tapi bukan versi yg sebenarnya.

Persija memang sedang mengalami kesulitan dana akibat tidak turunnya ABT tahun 2010. Tapi di tahun 2011 ini direncanakan akan turun dana hibah yg biasa disebut APBD. Mungkin turunnya sedikit terlambat, bisa bulan Maret atau April. Dan selama itu belum turun, Pa Harianto Bajoeri yang berjibaku untuk menutupi kewajiban manajemen terhadap hak2 pemain, pelatih dan karyawan Persija. Berharap pada PT Persija saat ini rasanya masih jauh dari harapan. Untuk penyelenggaraan pertandingan aje mereka masih belum bisa sebagus panitia Piala AFF kemarin. Apalagi bantu tim.

Gw juga belum bisa menilai IPL lebih jauh, apakah lebih berkualitas atau enggak. Mereka kan baru mulai, jadi belum merasakan kendala2 yang akan terjadi dalam penyelenggaraan kompetisi sepakbola di Indonesia. Dilihat dari klub, jelas belum bisa dinilai. Kecuali Batavia Union, Persebaya 1927, PSM, Persema dan Persibo, rata2 klub baru dibentuk beberapa bulan untuk menghadapi kompetisi ini. Para pemain juga didominasi oleh pemain lokal dan asing yang sudah tidak mampu bersaing lagi di ISL. Wasit asing yang dijanjikan ternyata wasit lokal juga yg mimpin. Meski belum tentu mencerminkan kualitas sebenarnya, tapi tetap statistik itu menunjukkan keunggulan ISL. Pihak LPI juga tau hal ini, makanya konsorsium LPI belakangan berusaha membantu klub2 dengan mengkontrak pemain2 asing yg lebih berkualitas dan mempunyai daya tarik sendiri.

Jadi tegasnya Persija milih ISL titik. Tapi bukan berarti Persija anti IPL. Justru adanya IPL membuat PSSI berusaha memperbaiki kompetisi ISL. Namun oknum2 di IPL yg bikin gw sewot. Seenaknya bujuk Bepe, Hendro dan Greg untuk pindah dengan jelek2in Persija. Seenaknya ngajarin 3 pemain muda Persija tuk ga menghormati kontraknya dengan Persija. Nah, kalo IPL mau bikin imej bagus di kalangan masyarakat bola Jakarta, seharusnya praktek2 kaya gini jangan mereka lakukan. Justru akan menimbulkan antipati. Apalagi muncul juga pernyataan kalo Jakarta 1928 adalah Persija juga. Enak aje. Persija ya Persija. Lahir tahun 1928 dan ikut ISL. Ga ada Persija lahir tahun 2010. Kalo mo bikin klub ga usah dompleng nama Persija dong.


the JAKMANIA

Sebetulnya ga ada yg bikin repot the Jakmania. Justru sikap oknum2 di kepengurusan yg bikin rumit urusan. the Jakmania didirikan untuk Persija. Mau Persija maen dimanapun ya tetep the Jakmania dukung. Tapi yg ada malah kebablasan. Baru jadi pengurus udah lantang bicara Persija ke LPI. Gw yakin orang kaya gini lebih banyak ada di Bunderan HI daripada di partai tandang Persija. the Jakmania suporter Persija, jadi tidak perlu mengeluarkan statemen MENDUKUNG atau TIDAK MENDUKUNG LPI. Satu-satunya statement adalah komitmen tuk selalu dukung PERSIJA.

Parahnya, tindakan oknum2 ini tidak sepengetahuan Ketua Umum the Jakmania Ayah Rico. Setidaknya itu yg disampaikan oleh Ayah Rico dalam pembicaraannya di Mes Persija dengan gw. PR berat nih bagi pengurus baru tuk merapatkan barisan agar tidak adalagi orang yg mengatasnamakan the Jakmania tuk bertindak semaunya. Sebaiknya untuk sementara waktu dipastikan kalo yg mengeluarkan statement hanyalah Ketua Umum, karena kebijakan pengurus baru tentunya berbeda dengan pengurus di jaman jahiliyah.

Lalu bila ada yg ikut nonton tim lain selain Persija, gw pikir juga ga usah terlalu diurusin. Selama mereka datang atas nama pribadi ya silahkan aje. Tapi bila ada yg mengkoordinasikan sejumlah anggota the jakmania tuk memberikan dukungan pada klub lain, nah ini yg harus ditegaskan. Apalagi sampe daftar jadi fans club nya segala. Soal penggunaan atribut saat nonton tim lain, gw pikir itu kebijakan pengurus the Jak aje. Kalo Pa Ketum bilang jangan ya kudu nurut lah.

Belakangan ini gw liat ada gerakan2 SOS (Save Our Soccer) dan ASI (Aliansi Suporter Indonesia). Tujuannya sebetulnya ujung-ujungnya sama.... Turunkan Nurdin! Rasanya kita semua sepakat kalo PSSI di era Nurdin menjadi era yang paling kontroversil. Banyak kejanggalan2 lahir seperti perubahan sistem kompetisi, pengampunan hukuman, kualitas wasit, hadiah kompetisi yg sebatas janji, dll. Namun untuk gerakannya gw ga sepaham. NH menjadi ketua yg sah lewat pemilihan. Jadi yg harus dipermasalahkan adalah yg milih. Ngapain semua ngumpul di Jakarta, sementara di daerah masing2 penyakitnya juga ada. Mendingan kita urus daerah kita masing2. Ganti orang2 yg tidak mau melihat aspirasi masyarakat bola di wilayahnya. Ganti dengan orang2 yang memang berkompeten dan sudah dikenal sebagai pemerhati sepakbola. Jangan gegabah dengan menampilkan tokoh2 baru yang ga jelas selama ini suka bola apa enggak.

Namun yg lebih penting saat ini, sebaiknya the Jakmania lebih fokus tuk penataan organisasinya. Kegiatan2 yg selama ini hilang, diselenggarakan kembali. Liga Jakmania sebetulnya bisa menjadi ajang silaturahmi yang pas sesama suporter Persija. Mengajarkan sportifitas, lebih mengenal satu sama lain yg selama ini jarang sekali ketemu, yang ujung2nya juga bisa mengurangi gesekan sesama anggota. Pengajian bulanan yg tempatnya bergiliran keliling korwil juga bisa jadi ajang sosialisasi the Jakmania pada masyarakat sekitar. Semuanya harus dimulai dari Pengurus. Dulu ada yg namanya kegiatan POS (Pemahaman Organisasi Suporter). Kegiatan ini seperti juklak bagi para pengurus baru sehingga mereka paham akan tugasnya masing-masing. Kalo pengurusnya kompak tentunya menular ke anggotanya.

Mungkin ada sebagian orang yg tidak sepaham setelah membaca tulisan ini. Tapi sejak awal gw udah bilang kalo ini adalah buah pikiran gw. Beda pendapat itu biasa, tapi bukan berarti harus berkembang jadi sebuah permusuhan. Mari kita saksikan episode-episode berikutnya dari pagelaran sepakbola Indonesia. Satu yg gw harapkan.... jangan politisir sepakbola kita. Sedangkan untuk the Jakmania mungkin syair dari sebuah lagu tahun 90an bisa jadi inspirasi bagi kita ........


Persija Jakarta ... menyatukan kita semua
Persija Jakarta ... mengisi kehidupan kita
walau ada 1000 klub bermunculan
walau ada 1000 kompetisi digelar

JANGAN HIRAUKAN......
KUKUHKAN.....
PERSIJA TETAP SATU.....

Ditulis Oleh: Bung Ferry
Sumber: o2News: LIGA PREMIR INDONESIA


27 January 2011

Persib U-21 tantang Persija U-21


Duel Persib kontra Persija selalu menjanjikan laga yang ketat. Boleh jadi aroma persaingan tersebut akan terasa ketika tim U-21 Persija dan Persib bertemu di stadion Soemantri Brojonegoro, Jakarta, Sabtu (29/1).

Poin penuh yang mereka raih dalam laga perdana lawan Semen Padang akhir pekan lalu di Bandung mengangkat moral anak-anak Persib. Rudi Geovani dkk. pun termotivasi untuk melanjutkan kesuksesan itu di Jakarta.

"Meski main di kandang lawan, kita tetap menargetkan poin maksimal. Namun kami pun bersyukur seandainya hanya membawa pulang satu poin," ujar arsitek Persib u-21, Asep Somantri.

Untuk mewujudkan target merebut tiga poin, Persib akan menurunkan kekuatan terbaiknya. Sayangnya dalam laga penting ini tak bisa diperkuat bomber andalan asal Semarang, Yohan Yoga Utama yang mengikuti pelatnas timnas U-23.

"Absennya Yohan tidak akan mengurangi ketajaman Persib. Ada tiga striker yang kita siapkan menggantikannya. Siapa yang nanti diturunkan mendampingi Rudi Geovani tergantung kesiapan masing-masing menjelang pertandingan," papar Asep.

Asep mengaku buta kekuatan lawan, tetapi diperkirakan kekuatan Persija tak akan jauh berbeda dari tim asuhannya. Ia berharap punggawa Maung Muda bisa tampil lepas mengeluarkan kemampuan terbaiknya.

Sumber: BolaNews


26 January 2011

Joke: Video Hitler ngamuk karena Nurdin tidak mau turun!!


Cuma sekedar joke..
Smoga dapat mengobati rasa lelah ditengah kepenatan kita atas kepemimpinan sang diktator yang tidak bisa mengkoreksi dirinya sendiri..
Selamat menikmati Video tentang ngamuknya seorang Hitler karena ulah bang Nurdin,,


Persija diklaim daftar LPI




Persija, Persib dan Sriwijaya FC Diklaim Daftar ke LPI


Liga Primer Indonesia sempat menyebut tiga klub dengan sejarah besar di Indonesia berminat gabung dengan mereka. Tiga klub tersebut bisa jadi adalah Persija Jakarta, Persib Bandung dan Sriwijaya FC.

Dalam keterangannya beberapa hari lalu, jurubicara LPI, Abi Hasantoso membenarkan kalau beberapa klub dari Liga Super Indonesia akan berpaling dan bergabung dengan LPI. Namun karena berbagai alasan, saat itu dia menolak membeberkan nama klub-klub tersebut.

"LPI belum boleh menyebut klub. Yang jelas, mereka sudah memberi andil untuk kemajuan sepakbola nasional. Bahkan salah satunya adalah pelopor klub profesional," sahut Abi saat itu.

Lalu siapa saja sesungguhnya klub ISL yang sudah mendaftar ke LPI dan menunggu proses verifikasi untuk bisa bergabung di dalamnya? Besar kemungkinan ketiga klub tersebut adalah tim papan atas Indonesia yakni Persib Bandung, Persija Jakarta dan Sriwijaya FC.

Setidaknya demikian diklaim Manajer Persik Kediri, Sunardi. Hal tersebut diungkapkan Sunardi saat dia membeberkan rencana Persik mendaftar ke LPI. Disebutnya peluang 'Macan Putih' diterima di kompetisi tersebut bergantung pada hasil verifikasi yang juga melibatkan Persija, Persib dan Sriwijaya FC.

"Persik harus bersaing dengan Persijap Jepara, Persib Bandung, Pesija Jakarta dan Sriwijaya FC. Semoga kami yang terpilih karena kami serius," sahut Sunardi.

Terkait Persib, kelompok suporter 'Maung Bandung' juga mendukung rencana kepindahan ke LPI. Saat bermain imbang 1-1 dengan Arema Indonesia dua hari lalu misalnya, mereka meneriakkan yel-yel yang meminta Persib masuk LPI.

Sumber: PersikKediriNews


LPI Belum Pernah Dengar Sriwijaya & Persija Ingin Bergabung


Ada klaim yang mengatakan Persija dan Sriwijaya akan bergabung dengan LPI. Tapi LPI sendiri mengaku belum pernah mendengar mengenai rencana tersebut.

Adalah Manajer Persik Kediri, Sunardi, yang mengungkapkan bahwa klubnya kini tengah "bersaing" dengan beberapa klub untuk bisa bermain di LPI. Klub-klub tersebut adalah Persija Jakarta, Sriwijaya FC, Persib Bandung dan Persijap Jepara.

"Persik harus bersaing dengan Persijap Jepara, Persib Bandung, Pesija Jakarta dan Sriwijaya FC. Semoga kami yang terpilih karena kami serius," ucap Sunardi.

Terkait Persib, kelompok suporter 'Maung Bandung' juga mendukung rencana kepindahan ke LPI. Saat bermain imbang 1-1 dengan Arema Indonesia dua hari lalu misalnya, mereka meneriakkan yel-yel yang meminta Persib masuk LPI.

Juru bicara LPI, Abi Hasantoso, membenarkan jika pihaknya telah mendengar wacana keinginan Persib dan konsorsiumnya untuk hengkang ke LPI. Namun, itu pun baru ia dengar dari media massa.

"Persib kita baru mendengar dari wacana di media massa. Kita dengar dari konsorsium mereka juga sudah berencana begitu," ujarnya.

"Kalau Persijap sudah melalui telepon atas permintaan Bupati. Ia sudah berharap supaya dana APBD tak lagi digunakan dan ingin supaya klub beralih profesional."

Bagaimana dengan Persija dan Sriwijaya? Abi mengaku, sama sekali belum pernah mendengarnya. Tapi Abi mengatakan, akan ada tiga klub yang bakal bergabung dengan LPI, kendati ia belum bisa menyebutkan klub-klub mana saja.

"Kalau Persija dan Sriwijaya kita malah belum pernah dengar. Tapi akan ada tiga klub lagi yang akan bergabung, tapi kami masih belum bisa memberitahu."

Saat ini, LPI mengaku tengah mempertimbangkan untuk memperbesar jumlah liganya menjadi 22 klub. Tapi, lagi-lagi itu baru sebatas wacana. Yang tetap menjadi target adalah membuat liga tersebut berjalan dengan 20 klub.

"Kita lihat perkembangannya. Banyak sekali respon menjadi klub-klub yang ingin menjadi profesional, tidak menggunakan APBD. Ini kan menarik. Banyak Bupati yang langsung menghubungi LPI."

"Jadi ada wacana untuk menjadikan 22 klub di tahun pertama. Tapi untuk sementara, kita fokus untuk menjadikan 20 klub dahulu."

"Kita juga akan melakukan promosi-degradasi di tahun ketiga. Bisa jadi kalau yang berminat banyak, atau klub-klub baru yang baru berumucnlan di provinsi. Itu bisa jadi kita klarifikasi lagi. Promo-degradasi jadi bisa dilakukan di tahun kedua," tukasnya.

Sumber: PersikKediriNews


Hadapi Persijap, Macan Kemayoran tanpa Greg dan Syamsul


Setelah gagal melakoni tur Papua, skuad Persija Jakarta akan tampil pincang saat bersua Persijap Jepara dalam laga lanjutan Indonesia Super League (ISL) 2010/2011, pada 29 Januari mendatang. Dua pemain intinya, Greg Nwokolo dan Syamsul Chaerduin dipastikan absen dalam laga itu.

Greg selama ini menjadi andalan lini depan Persija, selain Bambang Pamungkas dan Aliyudin. Sedangkan Syamsul merupakan motor di lini tengah skuad Macan Kemayoran - julukan Persija. Tanpa kedua pemain ini, tim besutan Rahmad Darmawan tampaknya akan kedodoran.

"Kedua pemain itu tak bisa tampil karena terkena akumulasi kartu kuning," kata Francis Wewengkang, asisten pelatih Persija, kepada Indopos (grup JPNN) kemarin (24/1).

Pelatih yang biasa disapa Enal itu mengakui kalau Greg merupakan pemain vital di dalam skuadnya. "Jujur saja, kehilangan Greg di pertandingan memang masalah besar," jelas mantan kapten tim Persija itu.

Greg memang pemain yang piawai dalam menusuk pertahanan lawan. Pemain bernomor punggung 10 itu mahir dalam men-dribbling bola dan jago dalam memanfaatkan peluang di depan gawang. Walau terkadang selalu terlihat lama dalam mengolah bola, namun pergerakan Greg sangat efektif untuk bisa membuka peluang bagi rekannya di lini depan.

"Dia mahir dalam mengobrak-abrik posisi belakang yang vital dari pertahanan lawan," jelas pria yang pernah menjadi ikon Persikota Tangerang itu.

Namun, Enal memastikan posisi kiri depan yang biasa ditempati Greg akan segera dicari penggantinya. Menurutnya, banyak pemain Persija yang memiliki tipikal permainan yang mahir dalam men-dribbling bola dan piawai dalam menahan posisi bola seperti Greg.

"Dalam satu pekan latihan ini, kami akan cari siapa yang pas menempati posisi itu," jelas mantan pemain Persibom Bolaang Mongondow itu.

Sumber: BolaIndo


[Video] Lagi, Lagu untuk Nurdin Halid


Setelah Stefany, kini giliran Sayyidin Band yang membawakan lagu berisi sindiran terhadap Nurdin Halid.
Belum reda booming tentang lagu berisi sindiran terhadap Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, yang dibawakan Stefany berjudul Nurdin Turun Donk, muncul lagi lagu lain bertema serupa dengan judul Nurdin Ali.

Sama seperti Nurdin Turun Donk, lagu terbaru yang dilantunkan oleh Sayyidin Band ini juga diunggah di laman Youtube.

Isinya pun tak jauh berbeda, yakni menginginkan pria yang sudah menjabat sebagai Ketua Umum PSSI sejak tahun 2003 itu agar segera turun dari posisinya.

Hal tersebut terlihat dari petikan liriknya berikut ini:

Hentikan (hentikan Nurdin) semuanya…
Kau tak seharusnya di sana…
Hentikan (hentikan Nurdin) secepatnya…
Korupsi, politisasi, eksploitasi, manipulasi…
Hentikan Nurdin Ali…

Sumber: Goal.com


Alan Marta Berlatih Bersama Persija


Ada sesuatu yang berbeda di latihan Persija Selasa sore ini, 25/1 di GOR Ciracas. Jakarta Timur dimana tampak terlihat Alan Marta, pemain jebolan SAD Indonesia Uruguay yang terlihat ikut bergabung mengikuti latihan bersama pemain – pemain Persija lainnya.
Pemain yang berposisi sebagai striker ini tampak melahap porsi latihan yang diberikan oleh Coach RD (Rahmat Darmawan Red,) dalam latihan tadi sore. Pemain yang memiliki postur kecil untuk ukuran striker ini adalah tandem Syamsir Alam di SAD Indonesia, namun dengan posturnya yang memiliki tinggi 164 Cm ini sering kali melawati beberapa pemain lawan hingga 3-4 orang.

Alan Marta juga pernah mencatatkan dirinya sebagai pencetak gol sebanyak 4 kali dalam waktu 10 menit saat kualifikasi Piala Asia u16 melawan Vietnam di Stadion Lebak Bulus medio 2007 yang lalu, 4 golnya tersebut mengantarkan Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia u16.

Setelah menyelesaikan latihan sore ini 25/1, Crew Jak Online berkesempatan melakukan wawancara singkat dengan Alan Marta, berikut adalah petikan wawancaranya :

JO : Bagaimana ceritanya anda bisa ikut latihan bersama Persija

Alan Marta : Coach RD menghubungi saya, dia bilang kalau memang belum ada klub bisa ikut latihan bersama kami Persija, dan saya pun merespon ajakan tersebut untuk ikut latihan bersama Persija.

JO : Mulai kapan anda latihan bersama Persija?

Alan Marta : Saya mulai ikut latihan Senin 24/1.

JO : Status anda di Persija apa saat ini?

Alan Marta : Saya masih magang, dan saya beruntung bisa menambah ilmu dan pengalaman saya bersama team besar seperti Persija, dan tentunya bisa mengambil pelajaran yang berharga dari striker senior di Persija seperti Bambang Pamungkas, dan Aliyudin. Dan kedepannya apabila di butuhkan dan di Percaya membela Persija pastinya suatu kebanggan tersendiri buat saya.

JO : Oke semoga sukses.

Alan Marta : Terimakasih, mudah – mudahan saya bisa bergabung dengan Persija, sambil berlalu menuju bis untuk kembali ke Mess.

Sumber: JakOnline


25 January 2011

Tempo Bongkar Habis Kebobrokan “KoruPSSI” Laga ISL!


Tulisan saya terdahulu tentang PSSI Langgar FIFA Statutes, Ngaku Saja Lah! ternyata mendapat respon yang sangat besar baik dari jumlah pembaca maupun jumlah respon komentarnya. Mayoritas pembaca mengiyakan berbagai pelanggaran PSSI terhadap statuta FIFA sekaligus mereka men-support untuk membongkar lagi kebobrokan pada kompetisi ISL dibawah asuhan PSSI.

Ternyata minggu ini majalah Tempo membongkar habis KORUPSSI pada laga ISL. Berbagai bentuk kongkalikong serta kecurangan pada setiap pertandingan ISL di bongar habis-habisan. Mulai dari sandiwara pemain, wasit, agen, pelatih sampai deal-deal tingkat tinggi permainan skor pertandingan sepak bola. Intinya semua pertandingan dalam ISL sudah diatur, mungkin skor-nya pun sudah diatur lewat deal-deal di belakang meja.

Inilah bukti nyata pelanggaran Statuta FIFA kelas berat yang selama ini dilakukan oleh PSSI, benar-benar Edan…..!!!
Inilah link untuk Laporan Utama Majalah TEMPO minggu ini:

Kompetisi dengan Spesialis Blunder dan Kado Penalti
JAUH hari sebelum dibuka, sudah terasa Kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia akhir pekan lalu di Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort, Tanah Lot, Bali, bakal berlangsung panas. Sehari sebelum acara, petugas keamanan hotel menghalau siapa pun yang tak berkepentingan. Polisi bertebaran di mana-mana. Belasan wartawan bahkan sempat diusir karena tak punya kartu izin meliput Kongres PSSI. Organisasi yang dipimpin Nurdin Halid itu memang sedang gonjang-ganjing, antara lain, karena lahirnya kompetisi tandingan Liga Primer Indonesia (LPI).

Pertikaian klub pendukung Liga Super Indonesia, yang bernaung di bawah PSSI, dengan klub yang "hijrah" ke Liga Primer menambah ketegangan kongres. Ada kabar ratusan suporter Bonek-pendukung klub Persebaya Surabaya, yang pindah ke LPI-akan menggelar unjuk rasa di Bali. Bonek memprotes kebijakan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang membekukan keanggotaan Persebaya dan melarang eks Ketua Persebaya Saleh Ismail Mukadar menghadiri kongres. "Begini jadinya kalau PSSI dipimpin orang seperti Nurdin," ujar Saleh pedas. Bersama sejumlah pendukungnya, Saleh diam-diam sudah masuk arena kongres di hotel milik keluarga Bakrie itu. "Nurdin selalu bikin aturan sendiri," kata Saleh dengan kesal.

PSSI juga membekukan keanggotaan PSM Makassar, Persis Solo, Persibo Bojonegoro, dan Persema Malang. Selain Persis Solo, tiga klub itu sudah pindah ke Liga Primer Indonesia. Sejak awal Januari lalu, meski tidak direstui PSSI, liga yang digagas Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional dan pengusaha Arifin Panigoro itu memang sudah bergulir. Meski tak diundang, semua klub yang dicoret PSSI sudah merapat ke Bali. "Kami menganggap surat pembekuan ini tidak sah," kata Ketua Umum Persibo Taufik Risnendar.

Dari luar arena kongres, serangan terhadap PSSI tak kalah gencar. Sejumlah mantan pengurus PSSI-antara lain Sumaryoto, Tondo Widodo, dan Abu Bakar Assegaf-menggugat kepengurusan Nurdin Halid di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Mereka cacat hukum dan harus mundur secepatnya," kata Harjon Sinaga, kuasa hukum para penggugat.

Meskipun PSSI dirundung setumpuk masalah, sepak bola Indonesia dua bulan terakhir ini mendadak jadi buah bibir masyarakat. Ditangani pelatih asing Alfred Riedl, tim nasional mencapai final Piala Federasi Sepak Bola ASEAN, Desember lalu. Ketika tim nasional "tewas" di tangan negeri jiran Malaysia, publik kembali menyorot kepemimpinan buruk Nurdin Halid.

Selama tujuh tahun Nurdin memimpin PSSI, boleh dikata tak ada prestasi membanggakan. Indonesia tak sekali pun merebut Piala ASEAN. Satu dekade terakhir, Indonesia cuma jadi penggembira di panggung sepak bola dunia. Kompetisi kacau-balau, diwarnai kericuhan, baku hantam, juga dugaan pengaturan hasil pertandingan.

Pada pertengahan 2010, sebuah kantor auditor internasional diundang mencari tahu apa yang salah dengan pengelolaan klub-klub di Indonesia. Auditor itu memeriksa 16 klub-sebagian besar bertarung di Liga Super Indonesia, kompetisi divisi utama di negeri ini-dan menemukan fakta memprihatinkan. Meski menelan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sampai puluhan miliar setiap tahun, hanya tiga klub yang punya laporan keuangan teraudit. Bahkan hanya empat klub yang berbadan hukum. Selebihnya tak jelas bentuk organisasinya.

Semua klub tidak punya sistem pembukuan standar. "Laporan keuangan hanya dibuat dengan program Excel dan bisa diakses siapa saja tanpa proteksi memadai," tulis laporan itu. Semua klub tidak punya aset. Stadion, asrama, dan kendaraan merupakan pinjaman pemerintah daerah. Manajemen dan pemain datang dan pergi. Sebagian pemain dan pelatih tak punya kontrak hitam di atas putih. Laporan setebal 165 halaman itu menunjukkan betapa kacau manajemen sepak bola di negeri ini.

Tak mungkin prestasi lahir dari keadaan runyam begini. Ada indikasi, dalam kompetisi, semua bisa diatur. Segala cara dianggap halal, termasuk mengatur wasit, kartu kuning dan merah, juga skor pertandingan. Bahkan pengaturan diduga sampai pada penentuan klub juara. Kemenangan diraih lewat jalan apa saja, demi mempertahankan kucuran anggaran (APBD) dan prestise daerah.


STADION seakan segera meledak. Teriakan dan nyanyian puluhan ribu suporter kedua kesebelasan memecahkan telinga. Minggu ketiga Februari tahun lalu itu Persebaya Surabaya bertamu ke kandang Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, dalam kompetisi Liga Super. Aremania dan Bonek "bertempur" adu keras suara, memberi semangat kedua tim yang menyerang silih berganti.

Tak ada yang aneh sampai menjelang menit terakhir. Tiba-tiba, hanya semenit sebelum peluit panjang ditiup wasit, ketika pemain Persebaya, Anderson da Silva, berebut bola dengan pemain lawan, pemain Arema jatuh di kotak penalti Persebaya. Prittt.... Wasit Olehadi dari Tangerang menunjuk titik putih: penalti untuk Arema. Stadion seperti pecah oleh gemuruh teriakan Aremania. Kapten Arema, Pierre Njanka, mengeksekusi tendangan "12 pas" itu dengan mulus. Arema unggul satu gol.

Seusai pertandingan, Saleh Ismail Mukadar, yang ketika itu masih menjabat manajer, tak sanggup menahan marah. Dia menuntut polisi memeriksa dan menahan wasit Olehadi. Saleh menduga ada "faktor nonteknis" yang membuat Persebaya kalah. Wasit tak akan memberikan penalti jika tak ada pelanggaran yang mencolok mata. "Sejak itu saya mulai curiga kepada pemain saya sendiri," kisah Saleh tentang kejadian buruk itu.

"Faktor nonteknis" dalam sepak bola Indonesia merupakan istilah sopan pengganti "pengaturan" dari luar lapangan-sesuatu yang tak ada urusannya dengan keterampilan menggocek bola atau melesakkan bola ke gawang lawan. Klub yang hebat dalam menyerang bisa sangat frustrasi jika wasit terus-menerus meniup peluit tanda penyerang berdiri offside-berdiri di belakang barisan pertahanan lawan ketika bola dioper. Di menit-menit penghabisan, klub yang andal bisa kalah dengan konyol bila wasit mendadak memberi lawan hadiah penalti untuk pelanggaran kecil. Pemain juga punya sejuta trik untuk "mengundang" wasit memberikan kado penalti.

Penyelidikan Saleh Mukadar akhirnya mengungkap kebusukan itu. Seorang pemain tim "Bajul Ijo"-julukan Persebaya-mengaku ada lima pemain di tim itu yang bisa "dibeli" di Liga Super. Pemain belakang tim itu terkenal spesialis membuat blunder alias kesalahan fatal-yang ternyata merupakan "pesanan". Dari 22 pertandingan paruh pertama musim lalu, gawang Persebaya kemasukan 36 gol. "Kami akhirnya sepakat merombak tim," kata Saleh.

"Perdagangan gol" bukanlah barang baru. Sejumlah sumber yang dihubungi Tempo mengaku sub-agen pemain atau bahkan pemain sendiri sering datang menawarkan diri untuk bermain "sandiwara". Biasanya mereka datang sehari sebelum pertandingan. Setelah deal, manajer tim lawan akan berhubungan melalui pesan pendek. Bahkan sumber Tempo mengungkapkan, sebuah klub cukup mendapat tiket pesawat pulang untuk mau menerima kekalahan dengan selisih gol tipis.

Isi pesan pendek untuk mengatur pertandingan itu lucu-lucu. Ada yang menawarkan, "Ini ada lima kambing siap disembelih, tertarik atau tidak?" Tarif "kambing" alias pemain yang bersedia membuat timnya kalah itu bervariasi antara Rp 5 juta dan Rp 10 juta. "Besarnya tergantung tim dan penting atau tidaknya pertandingan," kata sumber itu. Pemain sering kepepet, karena gaji bulanan sering terlambat. Nilai kontrak pun kadang disunat.

Akhir Februari 2010, Persebaya akhirnya memecat pelatih Danurwindo. Pelatih senior Rudy William Keltjes masuk. Namun itu bukan akhir nasib buruk Persebaya. Dua bulan kemudian, Persebaya makin terpuruk di zona degradasi. Mereka terancam jatuh ke Divisi Utama. Pada pertandingan menentukan, melawan Persik Kediri, akhir April 2010, terjadilah insiden yang praktis membunuh peluang Persebaya.

"Empat hari sebelum pertandingan di Kediri, izin polisi tidak turun," kisah Saleh Mukadar. Alasannya, pertandingan terlalu dekat dengan pemilu. Panitia lalu memindahkan laga ke Yogyakarta sepekan kemudian. Lagi-lagi pertandingan batal. "Sesuai keputusan Komisi Disiplin, seharusnya kami menang walk-out 3-0," ujar Saleh. Dengan begitu, Persebaya lolos dari degradasi. Namun Persik meminta banding. Komisi Banding PSSI memutuskan pertandingan itu ditunda sampai Agustus. Lokasinya pun ditetapkan di Palembang. Frustrasi dengan keputusan PSSI, Persebaya menolak bertanding dan dinyatakan kalah.

Saleh pun meradang. Anggota DPRD Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan ini dengan lantang menyatakan, "Kami memang sengaja disingkirkan untuk menyelamatkan tim lain." Tim yang lolos dari zona degradasi ketika itu adalah Pelita Jaya-klub milik Grup Bakrie. Ketika ditanya, Manajer Pelita Jaya, Lalu Mara Satriawangsa, menampik tudingan Saleh. "Biasa, kalau kalah pasti marah-marah," katanya santai.



APRIL 2010. Musim kompetisi tinggal sebulan lagi. Arema masih kokoh bertengger di pucuk klasemen, ditempel ketat Persipura Jayapura. Klub asal Papua ini siap menyalip jika Arema kalah dalam pertandingan berikutnya.

Laga yang menanti Arema tidak sembarangan. Mereka harus menghadapi Persiwa Wamena di kandang lawan, Stadion Pendidikan, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Selama kompetisi Liga Super berlangsung, tak ada satu pun tim sepak bola yang bisa mengalahkan Persiwa di kandangnya.

"Persiwa Wamena ini tim aneh, karena selalu mendapat penalti di menit-menit akhir," kata pelatih Arema, Robert Alberts, sebelum berangkat ke Papua. Gol ajaib akibat keputusan wasit yang ganjil memang kerap terjadi pada pertandingan Liga Super di Papua. Walhasil, Arema seperti menjalani misi mustahil.

Pemain Arema juga "terteror" insiden kasar dalam pertandingan dua pekan sebelumnya di Wamena. Pemain-pemain Persiwa tak hanya mengalahkan Persisam Samarinda dengan satu gol, tapi juga memukuli enam pemain Persisam. Manajer Persiwa Jhon Banua bahkan turun ke lapangan dan memukul pemain hanya karena ada pemain Samarinda yang memprotes gol tunggal Persiwa yang dianggap offside. Jhon sudah meminta maaf atas insiden memalukan itu.

Tapi, di luar dugaan banyak orang, Arema justru menang 2-0. Lewat pertandingan yang bersih, Arema bermain cantik. Dua gol Arema dicetak Muhammad Ridhuan dan Roman Chmelo.

Ketika dihubungi dua pekan lalu, Jhon Banua mengaku masih ingat betul pertandingan menentukan itu. "Saya marah sekali," kata Wakil Bupati Jayawijaya itu. Itulah kekalahan pertama dan satu-satunya Persiwa di kandang sendiri. "Sepertinya PSSI memang memberi kesempatan kepada Arema untuk juara pada musim lalu," ujar Jhon bersungut-sungut.

Apa rahasianya? Arema mengaku meminta tim khusus PT Liga Indonesia memantau pertandingan di Wamena. "Kami ingin mengantisipasi semua faktor nonteknis," kata Manajer Arema Mudjiono Mudjito. "Apa salahnya menghubungi semua pihak terkait untuk berjaga-jaga?" Artinya, Arema menang justru ketika pertandingan tidak diganggu "keanehan" macam-macam.

Menurut sumber Tempo, kejadian di Wamena itu indikasi bahwa Arema memang "dikawal" petinggi PSSI. Di Liga Super dan divisi-divisi di bawahnya, memang sudah jamak dikenal pentingnya sebuah klub membeli "pengawalan" khusus dari "bapak asuh". Biasanya mereka adalah petinggi PSSI.

Di Kalimantan, tim Divisi I seperti Persepar Palangkaraya, misalnya, pernah menghabiskan Rp 400 juta untuk urusan ini. Sigit Wido, Wakil Sekretaris Umum Persepar, mengaku menyerahkan fulus itu dalam beberapa tahap kepada Subardi, Ketua Badan Liga Amatir Indonesia, dan anggota Komite Eksekutif PSSI. "Itu harga paket untuk mengantarkan kita naik ke divisi berikutnya," kata Sigit.

Dihubungi terpisah, Subardi membantah cerita ini. "Itu pembunuhan karakter," katanya. Menurut dia, yang ada di PSSI adalah pembagian wilayah untuk pembinaan klub. Sejumlah anggota Komite Eksekutif PSSI mendapat tugas dari Nurdin Halid untuk mengawasi wilayah tertentu.

Subardi, misalnya, ditugasi mengawasi klub-klub di Jawa. Anggota lain, Mafirion dan Muhammad Zein, bertanggung jawab mengawasi Sumatera. Nurdin sendiri mengawasi langsung klub di Sulawesi dan Kalimantan. "Pembagian ini berdasarkan kedekatan kami dengan kultur setempat," kata Subardi.

Singkat cerita, pada Mei 2010, setelah bermain imbang 1-1 dengan PSPS Pekanbaru, Arema resmi menjadi juara. Ribuan suporter Aremania membanjiri pertandingan terakhir Arema di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta. Di sana, Arema mengempaskan Persija 2-1. Lengkap sudah kesaktian tim Singo Edan.



KALAU dirunut ke belakang, Arema sesungguhnya bukan tim andalan. Ketika musim dimulai, September 2009, mereka nyaris bubar. Pemilik Arema, PT Bentoel Indonesia, mendadak menarik diri. Perubahan kepemilikan di Bentoel adalah biang keladinya. British American Tobacco, pemilik baru perusahaan rokok itu, melarang Bentoel mengurus klub olahraga.

Arema pun kelimpungan. Apalagi orang-orang Bentoel di Arema mundur satu per satu. Darjoto Setyawan, Ketua Yayasan Arema, dan Gunadi Handoko, Direktur Utama PT Arema, mengundurkan diri. Berbagai skenario penyelamatan pun dicoba. Mereka bahkan pernah menjajaki merger dengan klub sepupunya, Persema Malang. Tapi gagal.

Ketika krisis itulah ikatan lama antara keluarga Bakrie dan Arema hidup lagi. Di masa awal pendiriannya, pada 1987, Arema pernah mendapat bantuan Rp 61 juta dari Nirwan Dermawan Bakrie. Ini jumlah yang lumayan besar untuk zaman itu. Andi Darussalam Tabusalla, ketika itu menjabat Sekretaris Galatama, juga terhitung pendiri Arema.

Kini Nirwan dan Andi jadi orang penting di PSSI dan PT Liga Indonesia. Nirwan adalah Wakil Ketua Umum PSSI dan Komisaris Utama PT Liga. Sedangkan Andi Darussalam-orang kepercayaan keluarga Bakrie dalam penyelesaian krisis Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur-adalah Presiden Direktur PT Liga.

Nama keduanya tercatat dalam akta notaris pendirian PT Liga, tertanggal 8 Oktober 2008. Dalam akta itu tertulis bahwa pemilik mayoritas saham PT Liga adalah PSSI, yang diwakili Ketua Umum Nurdin Halid dan Sekretaris Jenderal Nugraha Besoes.

Sumber Tempo di dalam manajemen Arema membenarkan adanya bantuan Bakrie. "Jumlahnya lebih dari Rp 7 miliar," katanya. Ketika mulai berlaga di musim ini November lalu, klub itu memang masih berutang Rp 7,1 miliar.

Peran Andi Darussalam tak kalah besar. Dia turun tangan langsung ketika Arema mengalami krisis keuangan. "Saya punya ikatan batin yang kuat dengan Arema," ujarnya ketika itu. Menurut Andi, Arema harus diselamatkan untuk menjadi proyek percontohan bagaimana sebuah klub profesional dikelola dan sukses. Tak hanya soal dana, Andi juga mencarikan pelatih dan pemain asing terbaik.

Keterlibatan Andi dan Nirwan inilah yang-mau tak mau-membuat Arema disegani klub lain. "Mana ada yang berani mengganggu Arema?" kata seorang pengawas pertandingan. Ketika sebagian klub lain berjibaku, kasak-kusuk kanan-kiri menyiasati "faktor nonteknis", Arema bisa melenggang. Gelontoran dana Rp 4,5 miliar untuk Arema dari Ijen Nirwana-perusahaan pengembang perumahan milik Grup Bakrie-di awal musim ini mempertegas kedekatan antara Arema dan keluarga Bakrie.

Sumber Tempo menyebutkan ada deal lain di balik kemenangan Arema di Liga Super. Bank Rakyat Indonesia kabarnya sudah dijajaki untuk jadi sponsor utama jika Arema juara. Nilai kontrak itu mencapai Rp 20 miliar. Tapi batal. "Arema memang pernah memberi presentasi di hadapan manajemen BRI. Tapi kami menolak karena sudah berkomitmen membantu basket dan karate," kata Muhamad Ali, Sekretaris Korporat BRI.

Joko Driyono, Direktur Utama PT Liga, menegaskan tidak pernah ada skenario mengangkat Arema jadi juara. "Itu hanya ungkapan kekecewaan tim yang kalah," ujarnya. Andi Darussalam hanya berkomentar singkat, "Soal itu tanya Pak Nugraha saja. Kami sudah sepakat dia juru bicaranya."

Ketika dihubungi, Sekretaris Jenderal PSSI Nugraha Besoes hanya tertawa dan menolak berkomentar panjang. "Itu ribut-ribut lama," katanya. Sama seperti Joko, dia menilai kabar ini hanya isu yang diembuskan pihak yang kecewa.

Nirwan Bakrie sendiri menanggapi tuduhan ini dengan ringan. "Saya juga dengar itu," katanya sambil tersenyum. Tapi dia membantah punya andil memenangkan Arema jadi juara Liga Super. "Arema memang bagus. Mereka jadi juara ya karena menang terus," ujarnya.

Ketua Satgas Anti-Suap dan Mafia Wasit PSSI Bernhard Limbong mengakui memang tak mudah menembus mafia pertandingan dan membongkar praktek suap-menyuap di tubuh PSSI. "Ini seperti bau kentut. Semua mencium dan merasakan, tapi sulit dicari buktinya," katanya.

Koteka dan Kambing Pinggir Lapangan

Permainan atraktif dan dinamis yang dulu disebut sepak raga ini selalu menyedot perhatian. Banyak kepentingan pun menungganginya: dari urusan judi sampai politik. Jalan pintas kerap ditempuh agar tim yang dijagokan menang, termasuk menggelontorkan suap. Pemain, manajer, pelatih, wasit, dan pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia pernah tercemar rasuah. Sebagian terungkap, tapi lebih banyak yang lolos.

Inilah sejumlah modus yang kerap digunakan untuk mengatur skor pertandingan.


Manajer/pelatih:
Manajer klub menelepon atau mengirim pesan pendek ke manajer klub lawan, baik secara langsung maupun lewat perantara. Ia menawarkan pemainnya yang bisa dibeli. �Saya punya lima koteka, nih. Mau beli?" Atau, �Ini ada lima kambing siap disembelih."

Wasit:
Sebelum hari pertandingan, manajer klub memesan wasit tertentu yang telah dikenalnya. Tarifnya Rp 20-50 juta, tergantung tawar-menawar dan penting-tidaknya pertandingan. Di kamar ganti, klub akan mengirim orang untuk menjaga wasit agar tidak �digarap" tim lain. Saat pertandingan, wasit bisa menghadiahkan penalti, menghujani pemain lawan dengan kartu kuning/merah, dan tutup mata terhadap pelanggaran tim yang membayar.

Pemain:
Untuk mengamankan kemenangan, cukup �membeli" minimal tiga pemain klub lawan: kiper, bek, dan penyerang. Menurut seorang pengurus klub, penyerang ditugasi terus-menerus menendang bola ke luar lapangan saat mendekati gawang lawan. Pemain belakang diorder mengendurkan penjagaan dan melakukan pelanggaran kasar di kotak penalti. Sedangkan kiper diminta gagal menangkap bola.

Tarif suap
Rp 5-25 juta per pemain per pertandingan

Fulus di Sekitar Lapangan

Aroma suap mulai kencang tercium dari lapangan hijau pada 1960-an. �Kreativitas" mafia yang ingin mengatur hasil pertandingan kian mencengangkan.

1960
Persatuan Sepak Bola Makassar menonaktifkan Ramang, striker andalannya, karena diduga menerima suap.

1961
�Skandal Senayan" mengguncang sepak bola Tanah Air. Delapan belas pemain tim nasional, seperti Bob Hippy dan Wowo Soenaryo, serta tiga wasit dituduh menerima suap sekitar Rp 25 ribu per orang ketika Indonesia menjamu Yugoslavia pada laga persahabatan.

Oktober 1978
Kiper tim nasional, Ronny Pasla, dilarang bertanding lima tahun karena menerima suap pada ajang Merdeka Games di Kuala Lumpur, Malaysia. Tiga rekannya diberi sanksi dua tahun. Sedangkan Iswadi Idris dan Oyong Liza mendapat sanksi satu tahun.

Juli 1979
Javeth Sibi, pemain klub Perkesa 78, dan empat rekannya menerima suap Rp 1,5 juta dari bandar judi. Mereka diberi sanksi setahun larangan bermain.


Oktober 1979
Endang Tirtana, kiper klub Warna Agung, dan gelandang tengah Marsely Tambayong menerima suap Rp 1 juta dari bandar judi.

Agustus 1981
Budi Santoso, Bujang Nasril, dan M. Asyik dari klub Jaka Utama mengantongi suap minimal Rp 100 ribu dari bandar judi. Mereka diganjar sanksi lima tahun.

1982
Budi Trapsilo dari Persatuan Sepak Bola Medan dan Sekitarnya dilarang bermain sepak bola sepuluh tahun karena suap.

April 1984
Sun Kie alias Jimmy Sukisman, bendahara klub Caprina Bali, dihukum lima tahun tidak boleh aktif dalam sepak bola nasional karena menyuap pemain Makassar Utama. PSSI juga membekukan klub Cahaya Kita milik Lo Bie Tek dan Kaslan Rosidi. Keduanya dilarang mengurusi sepak bola lagi.

April 1987
Pemain tim nasional Noach Maryen, Elly Idris, Bambang Nurdiansyah, dan Louis Mahodim menerima suap saat penyisihan pra-Olimpiade di Singapura dan Tokyo. Mereka diberi sanksi tiga tahun.

Maret 1998
Wakil Ketua Komisi Wasit PSSI Djafar Umar dan 40 wasit lain terbukti menerima suap. Ia dilarang aktif di sepak bola selama 20 tahun. Tapi pengurus klub yang menyuap malah lolos.

Periode Nurdin Halid 2003-sekarang

Juni 2007
Ketua Komisi Disiplin PSSI Togar Manahan Nero dan Wakil Sekretaris Jenderal Kaharudinsyah dituduh menerima suap Rp 100 juta dari klub Penajam. Sekretaris Umum Penajam Syawal Rifai dan Asisten Manajer Arismen Bermawi dihukum tak boleh mengurus sepak bola selama lima tahun. Togar dan Kaharudinsyah lolos dan sampai sekarang menjadi pengurus PSSI.

Oktober 2010
Pelatih Persibo Bojonegoro, Sartono Anwar, mengaku dimintai Rp 10 juta oleh wasit ketika bertanding melawan Persema Malang di Stadion Gajayana. Satgas Anti-Suap dan Mafia Wasit PSSI memanggil wasit Iis Permana, hakim garis Trisnop Widodo dan Musyafar, serta wasit cadangan Hamsir. Tak ada sanksi buat para pengadil. Sartono justru didenda Rp 50 juta karena berkata kasar kepada wasit.

Uang Saku Jago Kandang
Menjadi tuan rumah adalah keuntungan, baik ada suap maupun tidak. Tapi di Liga Super Indonesia sungguh luar biasa. Hampir tak ada tuan rumah yang kehilangan poin pada pertandingan kandang. Resepnya sederhana: �Kita kasih uang saku ke wasit," kata satu manajer klub. Kalau tim tamu ngotot bertahan, hadiah penalti di menit-menit terakhir siap diberikan.
Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/01/24/LU/mbm.20110124.LU135733.id.html

Dana Ajaib Raja Penalti
Lelaki yang biasanya garang di tepi lapangan itu tertunduk lesu ketika jaksa membacakan tuntutan di Pengadilan Negeri Samarinda, Kalimantan Timur. Rabu pekan lalu, mengenakan hem biru dipadu celana gelap, Aidil Fitri sesekali mengusap dahi, meski tidak ada keringat di keningnya. Senyumnya kecut.

Sejak pertengahan tahun lalu, lelaki gempal itu duduk di kursi terdakwa. Dipimpin oleh ketua majelis hakim Parulian Lumbantoruan, bekas manajer kesebelasan Persisam Putra Samarinda ini didakwa menyelewengkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Rp 1,784 miliar.

Sore itu, jaksa penuntut umum Andi Dahreen menuntutnya dua tahun penjara. Lelaki 46 tahun kelahiran Balikpapan ini juga harus mengembalikan dana Rp 1,784 miliar-sebulan setelah putusan berkekuatan hukum tetap. Seusai sidang, Aidil berucap, "Saya akan menerima apa pun keputusan hakim."

Perkara Aidil hanyalah satu dari banyak perkara serupa, yakni korupsi dana APBD sepak bola. Kasus ini bermula ketika Persisam berlaga di Divisi Utama 2007-2008. Ketika itu, Persisam menerima kucuran dana dari Pemerintah Kota Samarinda Rp 12 miliar. Tahun berikutnya, klub yang dijuluki Elang Borneo itu disuntik Rp 25 miliar. Seluruh aliran duit tadi buat menopang kegiatan Persisam selama mengikuti kompetisi Divisi Utama. Nyatanya, fulus bocor di mana-mana.

Aidil-bekas Ketua Pemuda Pancasila dan Ketua Dewan Perwakilan Cabang Partai Patriot-merekayasa nilai kontrak pemain dan pelatih. "Rata-rata digelembungkan Rp 50-100 juta per orang," kata Arna Effendi, bekas sekretaris tim Persisam, yang juga menjadi tersangka dalam kasus ini.

Bekas pelatih Persisam, Eddy Simon Badawi, misalnya, meneken kontrak Rp 325 juta per tahun pada akhir 2008. Faktanya, duit yang diterimanya cuma Rp 225 juta. Begitu pula mantan pemain Persisam, Victor Simon, yang dikontrak Rp 275 juta per musim, tapi hanya menerima Rp 175 juta. Bahkan bekas pemain Persisam, Puji Listiono, dalam berita acara pemeriksaan mengaku pernah menandatangani kuitansi kosong.

Arna Effendi mengatakan kontrak pemain dan pelatih dibuat rangkap. Begitu pula dengan laporan keuangan: ada yang asli, ada yang fiktif dengan kuitansi palsu.

Menurut Andi Dahreen, selisih duit yang digelembungkan ada yang masuk kantong sejumlah anggota Dewan Samarinda yang meninjau pusat pelatihan Persisam di Solo pada Januari 2008. Ada pula yang masuk kantong Aidil-di antaranya untuk membeli cincin dan mobil Suzuki Swift keluaran 2008 serta membayar uang muka rumah.

Sisanya dikuras untuk melayani pengurus pusat PSSI yang berkunjung ke Samarinda dan menyediakan aneka rupa servis buat wasit saat bertanding di kandang. Maklum, Aidil ketika itu masih menjadi Ketua PSSI Samarinda. Hasilnya, entah kebetulan entah tidak, selama 15 kali bertanding di kandang, Persisam diberi hadiah penalti 20 kali oleh wasit. Maka juara Divisi Utama musim 2008-2009 ini dijuluki Raja Penalti.

Semrawutnya pengelolaan keuangan klub bukan cuma milik Persisam-yang setelah musim 2008-2009 promosi ke Liga Super Indonesia. Buktinya, minim sekali kesebelasan di Indonesia yang punya laporan keuangan yang diaudit berkala. Hal ini terungkap dari hasil uji tuntas keuangan yang dilakukan auditor internasional terhadap 16 klub sepak bola di Tanah Air yang berlaga di Liga Super dan divisi di bawahnya sepanjang 2009-2010.

Laporan keuangan mereka tidak memenuhi standar akuntansi, sekadar pakai program Microsoft Excel yang bisa dihapus dan diubah siapa saja sehingga kesahihannya diragukan. Laporan keuangan PSMS Medan dan Arema Indonesia masuk kategori ini.

Situasi ini diperparah oleh perubahan manajemen klub yang tidak diikuti pengalihan pembukuan dan pelaporan administrasi ke manajemen baru. Klub-klub yang bertanding di liga naungan PSSI itu juga tidak punya code of conduct dan prosedur operasional standar. "Bahkan ada orang yang punya otoritas tapi tidak masuk struktur."

Orang-orang seperti inilah, kata sejumlah praktisi yang malang-melintang di dunia bola, yang kerap mengawal dan menjanjikan klub meraih kemenangan. Tentu saja tidak gratis. Itu sebabnya, banyak fulus berceceran, yang pemakaiannya sulit dipertanggungjawabkan-istilahnya "biaya-biaya nonteknis".

Dari 16 klub yang ditelisik, cuma empat kesebelasan yang berbadan hukum. Dari empat klub itu, cuma Arema dan Persebaya yang memiliki nomor pokok wajib pajak. Tidak mengherankan bila klub-klub sepak bola ini tidak pernah membayar pajak.

Bahkan ada klub yang sudah berbadan hukum justru dibubarkan demi memperoleh dana APBD. Ini terjadi pada PT Delta Putra Sidoarjo-badan hukum Deltras Sidoarjo-yang dibubarkan tiga tahun lalu. Manajemen klub ini dikuasai oleh keluarga Vigit Waluyo.

Di klub ini, dana dari pemerintah kabupaten-melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia daerah-masuk rekening pribadi Vigit. Penarikan uang hanya dilakukan oleh Vigit dan Ayu Sartika Virianti, anak Vigit yang juga menjadi manajer tim. Tidak ada rekening bank atas nama Deltras, juga tidak ada laporan keuangan. Ditemui di Surabaya awal bulan ini, Vigit menyanggah semua informasi itu. "Saya tidak mau menanggapi tuduhan macam-macam," kata Ketua PSSI Jawa Timur itu.

Nah, pemakaian yang tidak jelas juntrungannya itu memang sebagian besar berasal dari dana APBD. Dari uji tuntas tadi terlihat, lebih dari separuh pendapatan klub ditopang oleh anggaran pemerintah daerah-kecuali Persib, Semen Padang, dan Arema. Dari situ, 60-70 persen dikeluarkan buat belanja pemain, yang tidak jarang digelembungkan, seperti kasus Aidil. Sisanya buat kebutuhan klub sehari-hari. Sementara itu, pemasukan dari Badan Liga Indonesia dan PSSI tidak signifikan.

Ironisnya, setelah kenyang makan duit rakyat bertahun-tahun, klub-klub ini selalu mengalami defisit di akhir kompetisi. Deltras, misalnya, defisit Rp 946 juta di akhir Liga Super 2009-2010.

Menurut Apung Widadi, peneliti Indonesia Corruption Watch, kucuran dana dari pemerintah daerah ini juga rawan dipolitisasi pejabat daerah, yang biasanya menjadi pengurus teras klub. Itu sebabnya, tidak sedikit politikus daerah yang mati-matian memperjuangkan agar klub menerima suntikan dana dari pemerintah daerah. "Dengan harapan, prestasi yang dicapai klub bisa mendongkrak popularitas," kata sejumlah manajer yang ditemui Tempo.

Buktinya, banyak pengurus klub yang kemudian sukses dalam pemilihan kepala daerah. Bambang D.H., ketika itu Ketua Umum Persebaya, misalnya, sukses menjadi Wali Kota Surabaya pada 2005 setelah setahun sebelumnya klub itu menjuarai Liga Indonesia. Jhon Richard Banua tiga tahun lalu berhasil menjadi Wakil Bupati Jayawijaya setelah menjadi Manajer Persiwa Wamena. "Melalui bola mereka bisa mencari suara," kata Harry Ruswanto, bekas Manajer Persitara, yang pernah dilamar oleh beberapa partai politik untuk menjadi anggota Dewan.

Menurut Subardi, anggota Komite Eksekutif PSSI, pemakaian dana publik itu sah-sah saja, asalkan bisa dipertanggungjawabkan. Ia tidak setuju bila dana APBD dihapus begitu saja. "Nilainya masih belum seberapa karena sepak bola merupakan hiburan rakyat yang bisa mempersatukan bangsa," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2004-2009 ini.

Seorang manajer klub mengatakan dana anggaran daerah sudah menjadi candu buat para pegiat bola. Padahal haram hukumnya buat perusahaan terbuka menerima dana tersebut. Agar bisa menerima kucuran dana, perusahaan terbuka menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah membentuk klub. Lalu anggaran disalurkan ke klub tadi melalui KONI daerah. "Ini cara paling baik untuk melakukan manipulasi," katanya.

Status perusahaan terbuka itu, kata dia, cuma formalitas agar klub bisa berlaga di liga profesional. Toh, PSSI tidak pernah mau tahu sumber dana klub.

Raja Penalti Liga Super

Klub Persisam Putra Samarinda dari Kalimantan Timur adalah juara Divisi Utama Liga Indonesia musim kompetisi 2008/2009. Uniknya, sebagian besar kemenangan mereka diperoleh berkat gol dari titik penalti.

�Kita punya ambisi menang. Kalau main di kandang, semua klub pasti ingin menang dengan segala cara. Hadiah penalti adalah bagian dari sepak bola," kata Aspian Noor, Manajer Persisam.

# 15 Pertandingan kandang
# 20 hadiah penalti
# 5 penalti gagal

Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/01/24/LU/mbm.20110124.LU135734.id.html


Uang Aman Pemimpin Lapangan
*

MATAHARI baru tergelincir ketika Sigit Wido keluar dari Hotel Mirah, Bogor. Ditemani seorang rekan, Wakil Sekretaris Umum Persatuan Sepak Bola Palangkaraya itu meluncur ke pusat keramaian di sisi utara kota. Kurang dari seperempat jam, taksi Bluebird mereka sampai di sebuah mal. Temannya menghubungi satu nomor, lalu mereka masuk ke tempat perniagaan itu.

Di antara etalase toko, dua pejabat klub sepak bola Persepar itu melihat tiga orang. Satu di antaranya memiliki ciri yang disebut penerima telepon: berpakaian gelap dan bersandal Adidas. Dialah Suwandi, wasit yang akan memimpin pertandingan Persepar melawan PSB Bogor, esok harinya. Dua lainnya hakim garis buat pertandingan yang sama. Mereka lalu saling menyapa, sebisa mungkin tak menarik perhatian orang lain. Kembali menyusuri selasar mal, iringan kecil ini menuju tempat sayur dan buah, lalu berhenti di pajangan pakaian.

Sigit mengambil tiga jas dan membayar di kasir. Rekannya memasukkan buntelan plastik berisi Rp 12 juta ke busana berlengan panjang itu, lalu menyerahkannya ke Suwandi. Sang wasit pun berjanji, pertandingan esok hari akan "lancar". "Kami bertemu ekstra-hati-hati agar tak ketahuan lawan," kata Sigit, mengenang peristiwa awal Juli 2008 itu.

Menurut Sigit, uang pelicin disodorkan agar wasit berlaku netral. Syukur-syukur wasit berpihak buat timnya. Tentu saja, karena bermain tandang, Sigit mendekati wasit dengan diam-diam. Kalau sampai tim lawan memergoki mereka, urusannya bisa berabe.

Esok harinya, klub dari Kalimantan Tengah itu dapat menahan gempuran tuan rumah. Pertandingan di Stadion Pajajaran yang disaksikan ratusan penonton itu berakhir seri, 0-0. Hasil ini membuat Persepar bertahan di papan atas klasemen Divisi I Liga Indonesia.

Sejumlah pemain PSB Bogor tak terima. Wasit dianggap tidak adil, banyak membuat keputusan yang menguntungkan tim tamu. Wasit Suwandi dan dua asistennya dipukuli. Para pemain Persepar tak berani ke luar stadion. Beruntung, polisi dapat mencegah amuk lebih besar. Mendapat pengawalan ketat, akhirnya pemain Persepar bisa ke luar lapangan dua jam kemudian.

Kepada Tempo, Jumat pekan lalu, Suwandi menyangkal menerima uang dari Persepar. "Saya memang ke mal waktu itu, tapi shopping saja, beli-beli celana, kaus," katanya.

l l l

KLUB bola Palangkaraya itu masuk Divisi I Liga Indonesia sejak 2007. Hingga kompetisi tahun lalu, Sigit mengatakan kerap menyelipkan suap. Menurut dia, tim yang hebat bukan jaminan bisa bertengger di peringkat atas. Karena itu, perlu "jalur lain" buat mengamankannya. Penyuapan wasit, kata Sigit, lazim dilakukan hampir semua klub-dari Liga Super hingga divisi paling bawah. "Kalau tidak, jangan harap bisa menang," ujarnya.

Suap diperlukan agar wasit tidak asal cabut kartu atau menunjuk titik penalti yang menguntungkan lawan. Dari semua pertandingan di kandang pada musim lalu, Persepar tak pernah kalah dan hanya sekali seri. Ketika bertandang, mereka juga jarang pulang dengan tangan hampa. Sebagian besar berakhir imbang.

Cerita suap ini tersebar di beberapa klub. Ilham Arief Siradjuddin, Ketua Umum PSM Makassar, menyatakan wasit perlu "didekati dengan baik". Manajer klub harus menjamu ekstra pemimpin pertandingan itu. "Terkait dengan �kesejahteraan'," katanya.

Bila hal itu tidak dilakukan, wasit sering bertingkah aneh dan kerap merugikan klubnya. Dia memberikan contoh pertandingan PSM Makassar melawan Semen Padang FC pada Sabtu, akhir November tahun lalu. Wasit Aeng Suarlan membatalkan gol Andi Oddang pada menit ke-37. Aeng menganggap Andi lebih dulu terperangkap offside.

Pendukung PSM jengkel. Amarah suporter makin tersulut ketika pada menit ke-70 tangan Park Chul-hyung, pemain belakang Semen Padang FC, menyentuh bola di dekat gawang. Alih-alih memberikan tendangan penalti buat tuan rumah, Aeng Suarlan tak meniup sempritannya. Penonton melempar botol minuman ke lapangan. Kerusuhan pecah. Puluhan fan PSM dari tribun utara masuk ke lapangan, mendobrak terali pembatas sekitar empat meter.

Situasi terkendali ketika beberapa orang dari manajemen PSM, termasuk Ilham, mengimbau para suporter agar mundur dan meninggalkan lapangan. Laga di Stadion Mattoanging, Makassar, itu disudahi tujuh menit sebelum waktu pertandingan Liga Super Indonesia tersebut habis. Hasilnya 1-0 untuk Semen Padang FC.

PSM Makassar melayangkan nota protes ke Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA). Dalam surat tersebut dicantumkan pula pernyataan Deny Marcel, kiper Makassar, yang mendengar bahwa wasit Aeng Suarlan mengatakan kariernya akan tamat jika memberikan hadiah penalti buat PSM.

Dihubungi Selasa dua pekan lalu, Aeng membantah menerima uang di balik keputusan kontroversialnya, apalagi diminta mengatur skor. "Saya memimpin sudah betul, semaksimal mungkin," kata Aeng. Menurut dia, saat itu bola yang menyentuh tangan pemain, bukan sebaliknya.

Mantan Manajer Persatuan Sepak Bola Jakarta Utara Harry Ruswanto mengatakan klub yang haus kemenangan akan melakukan banyak cara, termasuk membayar wasit atau pemain. Ini dimungkinkan karena celah itu terbuka. "Kelas hotel dinaikkan jadi hotel berbintang, kasih uang saku, ajak karaoke, atau dugem bagi yang suka," kata pria yang akrab disapa Gendar ini. Pelayanan tak berhenti di situ. Seusai laga, para pemimpin pertandingan itu tak lupa disodori buah tangan.

Wasit senior PSSI, Jimmy Napitupulu, tak menampik bahwa wasit sering mendapat hadiah dari tim tuan rumah. Tak hanya memperoleh perlakuan manis, wasit kerap mendapat tekanan dan ancaman. Sebelum bertanding, biasanya pengurus atau pemilik klub minta tolong agar wasit melakukan berbagai hal. Kalau klubnya menang, si wasit pun dikasih oleh-oleh.

Jimmy, yang pernah lolos seleksi wasit elite Asia, menilai jumlah wasit berkualitas bagus di Indonesia memang begitu minim. Kata dia, ini bermula dari cara perekrutan yang salah. Misalnya, calon wasit sekarang sering memalsukan umur agar lolos seleksi. Proses seleksi saat ini juga diduitin. Untuk ikut kursus saja, bayar Rp 7 juta. Kalau tidak lulus tapi mampu membayar, tetap diterima. "Berbeda dengan zaman saya. Waktu itu tak ada pungutan untuk jadi wasit nasional," katanya.

l l l

DI akhir jamuan makan malam lezat di restoran Cafe Boy, Jalan Sudirman, Palangkaraya, pejabat pusat PSSI itu berulang kali meyakinkan pengurus Persepar bahwa dia mampu mengawal tim itu sukses berlaga di Divisi I. Menurut dia, jaringannya di PSSI adalah jaminan kesuksesan. "Dia bahkan mengaku mampu mengkoordinasi wasit," ujar Sigit.

Esok harinya, Sigit dan seorang manajer Persepar berangkat ke Hotel Aquarius di Jalan Imam Bonjol. Sesuai dengan kesepakatan sehari sebelumnya, sebuah tas kecil hitam berisi uang tunai Rp 100 juta sudah disiapkan. Sementara Sigit menunggu di mobil, si manajer membawa tas tersebut dan menyerahkannya kepada sang pejabat PSSI. Menurut Sigit, uang itu merupakan pemberian kesekian kalinya. Itulah upeti Persepar agar mereka tak dipecundangi selama bertanding.

Seorang mantan pengurus pusat PSSI menengarai pria yang dimaksud Sigit adalah Subardi. Selain menjadi anggota Komite Eksekutif PSSI, pria asal Yogyakarta ini mengetuai Komite Kompetisi. Menurut sumber itu, para anggota Komite Eksekutif memang mempunyai "klub-klub binaan". Selain Persepar Palangkaraya, sejumlah klub di Jawa Tengah dibina Subardi.

Seorang pengurus klub di Jakarta menunjuk orang lain, Eko Soebekti, "bapak asuh" satu klub sepak bola yang disegani di Tanah Air. Para manajer tim Liga Indonesia mengenalnya sebagai orang yang punya lobi kuat mengatur wasit. Meski bukan pengurus PSSI, Eko punya jaringan kuat di organisasi itu. Sejak 2004, pria yang biasa disapa "Mbah Eko" ini lebih sering menangani klub di divisi satu dan dua. Tarifnya sekitar Rp 20 juta untuk satu paket pertandingan.

Ditemui Rabu pekan lalu di Apartemen Permata Senayan, Subardi membantah semua tudingan. Ia mengaku tak pernah "mengawal" Persepar Palangkaraya di Liga Indonesia. Menurut dia, tuduhan itu hanya ekspresi kekesalan tim yang kalah. Ia juga membantah menerima ratusan juta rupiah dari pengurus Persepar. "Ini pembunuhan karakter."

Setali tiga uang, Eko Soebekti menangkis tuduhan tadi. Ia mengaku tak tahu-menahu soal jejaring wasit, apalagi mengatur pemimpin lapangan itu menentukan skor permainan. Tarif puluhan juta sebagai jasa makelar pertandingan dianggapnya mengada-ada. "Saya ini agen pemain, tidak tahu soal itu," kata Eko.

Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/01/24/LU/mbm.20110124.LU135735.id.html


Aneka Akting Lapangan Rumput

Sepak bola lekat dengan jalan hidup Vigit Waluyo. Ayahnya, H M. Mislan, merupakan tokoh legendaris pendiri klub Delta Putra Sidoarjo-disingkat Deltras. Kini ia pun menjadi figur penting dalam persepakbolaan Jawa Timur. Selain memimpin pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Jawa Timur, ia mengelola sejumlah klub "binaan".

Vigit menangani antara lain Persikubar Kutai Barat, Mojokerto Putra, Mitra Kutai Kartanegara, dan Deltras Sidoarjo. Ia juga menangani Persiwangi Banyuwangi dan menjadi Manajer PSIR Rembang. Dengan posisinya, ia tak kesulitan ketika menangani Persebaya Surabaya, yang pengurus lama klubnya bergabung ke Liga Primer Indonesia dan berganti nama menjadi Persebaya 1927. Ia segera memboyong para pemain dan pelatih Persikubar ke Surabaya.

Para pemain di klub binaan Vigit rata-rata berusia tua buat ukuran sepak bola. Tapi bukan sekadar teknis yang dituntut. Mereka jagoan "nonteknis", istilah yang sering dipakai buat menyebut urusan menyuap wasit dan pemain. "Dia punya puluhan pemain sepak bola, yang selalu mengikutinya ke mana pun," kata seorang pemasok pemain asal Jawa Timur.

Vigit siap "menangani" klub bergantung pada dana yang ditawarkan. Satu klub sepak bola di Jawa Timur pernah meminta bantuannya dengan tawaran Rp 10 miliar. "Saya tidak mau menanggapi tuduhan macam-macam," katanya ketika dimintai konfirmasi soal suap-menyuap. "Kalau memang materi pemain dan pelatihnya bagus, pasti menang."

Pemain merupakan unsur penting dalam patgulipat pengaturan hasil pertandingan. Bagaimana caranya? Kejadian Agustus tahun lalu ini bisa menjadi contoh. Ketika itu, lima orang pemain Persis Solo-Nova Zaenal Muttaqin, Haryadi, Eko Kancil, Andry, dan Tommy Haryanto-dihubungi nomor tak dikenal yang mengaku Manajer Persiku Kudus. Penelepon meminta mereka tak tampil pada laga playoff Divisi Utama di antara kedua klub di Stadion Jatidiri, Semarang.

Mereka diimingi uang setara dengan sisa gaji yang belum mereka terima dari Persis. Mereka juga akan direkrut ke Persiku pada musim selanjutnya. "Kami tak tahu apakah itu benar Manajer Persiku Kudus atau bukan. Saat kami coba hubungi balik, nomornya tak aktif," kata Nova, gelandang serang yang kini bergabung ke PSIM Yogyakarta.

Seorang pengurus klub yang biasa menjalankan trik "membeli" pemain mengatakan operasi selalu dilakukan rapi dan tanpa jejak. Tawaran tak pernah disampaikan melalui SMS. "Kalaupun perlu menelepon, akan menggunakan nomor yang tak akan dipakai lagi," katanya. Modus ini yang dipakai buat mendekati lima pemain Persis.

Menurut pengurus itu, trik "membeli" pemain membantu timnya melaju ke Liga Super. Selama bertarung di Divisi II pada 2002 hingga lolos Divisi Utama pada 2008, klubnya memanfaatkan jasa para calo penghubung beberapa pemain yang bisa "dibeli". Klub juga memelihara "tim buser wasit", kelompok wasit yang dapat disuap. "Ini cara kami berjuang dalam sistem yang kotor," katanya.

Permainan gelap ini banyak dilakukan lewat perantara yang merangkap sub-agen, yang menawarkan transfer pemain ke klub tapi tak mengantongi lisensi. "Mereka memiliki lobi dan jaringan kuat dengan para pemain," kata sumber yang sama.

l l l

Permainan kotor melibatkan tiga-lima pemain, yang menerima suap Rp 5-25 juta per pemain pada kompetisi Divisi 1 dan 2. Pada tingkat divisi ini, gaji para pemain sering terlambat. Klub yang mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terikat sistem keuangan daerah yang pencairannya pada bulan tertentu.

Di Divisi Utama dan Liga Super, suap minimal Rp 25 juta per pemain. Kongkalikong lebih sulit dilakukan di level ini. "Sebab, banyak sorotan media, mereka menjadi selektif," katanya. Para calo mendapat jatah 20-30 persen dari nilai suap, dibayar tunai, tak pernah transfer. Pembayaran 10 persen di muka, dan sisanya setelah klub "pengguna jasa" menang.

Pengurus klub tak memberikan arahan detail urusan akrobatik yang harus dilakukan pemain. "Mereka paham situasi," katanya. Ada seribu cara membuat pertandingan kacau demi menguntungkan klub yang bayar.

Berpura-pura dan marah paling mudah dilakukan. Aksi ini membuat pemain diganjar kartu atau menaikkan emosi dan menurunkan semangat tim. Modus lain yang paling sering dilakukan adalah bermain kasar di daerah penalti sendiri. Bisa juga pura-pura tak mampu membendung bola lawan.

Ada trik sejak 1980-an yang masih dipakai para penjaga gawang "bayaran" hingga sekarang. Kiper menyatukan telunjuk dan jari tengah dalam satu lubang jari sarung. Lalu jari manis disatukan dengan kelingking, juga di satu lubang. Alhasil, dua lubang jari sarung kosong. Tentu saja, bola gampang lolos dari tangkapan. Setelah kebobolan, kiper akan segera pasang tampang kesal dan kecewa. Ia melepas dan membuang sarung tangannya.

Beberapa pemain asing pun bisa dibeli. Nilai kontrak para pemain asing tak berbeda dengan pemain lokal kelas menengah ke bawah. Sebagian mendapat bayaran sekitar Rp 150 juta setahun. Selain pas-pasan, pembayarannya pun tak sesuai dengan kontrak.

Pemain asing asal Paraguay, Roberto Acosta, saat bermain di Deltras pada 2008 mengeluhkan 25 persen atau Rp 50 juta sisa kontrak belum dilunasi menjelang kontrak berakhir. Padahal 25 persen dari kontrak biasa diterima di awal kompetisi dan 75 persen diterima tiap bulan sebagai gaji.

Mantan General Manager Deltras George Handiwiyanto saat serah-terima kepengurusan menerima banyak sekali keluhan pemain asing. Menurut George, ada pemain yang dikontrak Rp 100 juta dan hanya menerima setengahnya. "Separuhnya dinikmati agen dan oknum pengurus klub, itu masuk kantong pribadi," kata George.

Hal senada diungkapkan mantan Manajer Persitara, Harry Ruswanto. Pemotongan kontrak pemain asing biasa dilakukan. Kalau pemain berkeberatan kontraknya dipotong, angka dalam kontrak dinaikkan. Bila harga pemain Rp 200 juta, kontrak yang tertera Rp 300 juta. Sisanya Rp 100 juta untuk kepentingan agen dan pengurus.

George sempat melaporkan masalah kontrak dan pertanggungjawaban keuangan yang tak beres di Deltras. Namun penyelidikan Kejaksaan Negeri Sidoarjo menguap. "Kasus ini sudah selesai, saya tidak ingin ada apa-apa lagi pada diri saya," ujar George. Soal kasus kontrak, Roberto yang sekarang bermain untuk klub di Vietnam tak memberikan jawaban atas konfirmasi Tempo lewat surat elektronik.

Tak semua pemain asing kaya mendadak setelah dikontrak klub di Indonesia. Mereka pun bersedia menerima "penghasilan tambahan". Menurut seorang pengurus klub, pemain asing dapat dihubungi lewat para agen. "Biasanya agen enggak enak menolak permintaan klub," katanya.

Klub menghubungi agen bila lawan mainnya memiliki pemain dari agen yang sama. Selain itu, kedua pemain asing tersebut berasal dari negara yang sama. "Mereka sulit diawasi, apalagi bila menggunakan bahasa asing yang tak dikenal," katanya.

Sub-agen yang banyak mengorbitkan pemain asing kelas menengah, Julian Baros, membantah tuduhan itu. "Tak pernah ada yang menawari saya cara seperti itu," katanya. Agen senior Eko Soebekti juga mengatakan tidak ada permainan seperti itu.

Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/01/24/LU/mbm.20110124.LU135736.id.html


Nirwan Bakrie: Wasit Memang Agak Rawan

FIGUR sentral Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) bukanlah Nurdin Halid. Meski resminya hanya menjabat wakil ketua umum, pengusaha Nirwan Dermawan Bakrie, 59 tahun, yang banyak berperan pada induk organisasi sepak bola Indonesia itu. Tangannya ada di mana-mana: Badan Tim Nasional, PT Liga Indonesia, sampai Yayasan Sepak Bola Indonesia When I'm 64. Yayasan ini sedang membangun kompleks Akademi Sepak Bola di lahan 25 hektare milik keluarga Bakrie, di Jonggol, Jawa Barat.

Nurdin mengakui peran besar Nirwan dan keluarganya. Ketika lolos ke final Piala Federasi Sepak Bola ASEAN, Desember lalu, tim nasional khusus berkunjung ke rumah kakak Nirwan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. "PSSI berterima kasih atas segala sumbangsih luar biasa keluarga Bakrie untuk kami," kata Nurdin ketika itu.

Bukan sekadar pengurus elite PSSI, Nirwan pun diduga mendukung Arema, klub asal Malang peserta Liga Super Indonesia. Pada musim kompetisi 2009-2010, tim itu pun menjadi juara liga. Jumat pekan lalu, selama hampir dua jam, Nirwan melayani wawancara wartawan Tempo Rofiqi Hasan, di Bakrie Estate, vila pribadi yang asri, tepat di tengah kompleks Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort miliknya. Hiruk-pikuk Kongres PSSI sama sekali tidak merisaukan dia.

Praktek suap marak di Liga Super Indonesia?


Semua diawasi Komisi Disiplin. Tapi memang susah mengatur soal suap, karena sulit dibuktikan. Kadang terdengar tapi tidak tahu lagi. Tapi saya lihat, kalau suap antarpemain lebih sedikit, karena tanggung jawab mereka ke klub cukup berat. Nah, kalau wasit memang agak rawan, karena mereka bisa mempengaruhi pertandingan. Ini bisa kelihatan dari adil-tidaknya dia memimpin. Itu kita evaluasi.

Ada informasi petinggi PSSI punya klub-klub tertentu yang "dikawal" khusus?


Kalau niatnya membela bekas klub, bisa saja. Tapi, kalau wasit dan Komisi Disiplin tegas, tidak akan ada masalah.

Anda ikut membiayai dan mengawal klub Arema Indonesia sampai jadi juara Liga Super musim lalu?

Saya dengar itu. Tapi itu tidak benar. Saya memang punya perusahaan di Malang yang menjadi sponsor Arema. Jumlahnya juga kecil, hanya 5 persen dari puluhan miliar kebutuhan Arema. Jadi tidak masuk ke manajemen. Bukan saya yang mem-back up Arema. Kalau kepemilikan, saya hanya punya Pelita Jaya.

Waktu PT Bentoel meninggalkan Arema, Anda memang diminta membantu?


Waktu itu Badan Liga Indonesia yang mencarikan sponsor. Yang mengikat kontrak, ya, klub itu. Pak Andi (Andi Darussalam Tabusalla, Presiden Direktur PT Liga Indonesia) membantu Arema bukan sebagai orang dekat saya, tapi sebagai Direktur Badan Liga.

Tapi, dengan adanya dukungan Anda dan Andi Darussalam, klub lawan dan wasit jadi segan mencurangi Arema....

Tidak ada itu. Itu saya dengar juga. Termasuk soal jadi juara itu, ya. Arema hanya bisa juara kalau dia menang terus. Kualitas mereka memang bagus.

Klub milik Anda, Pelita Jaya, kabarnya juga "diselamatkan" dari degradasi dengan mengorbankan Persebaya?

Saya dengar itu. Saya sih gampang saja, waktu itu saya minta Pelita menang terus, supaya bisa playoff. Saya tidak bisa memaksa satu tim menang atau kalah. Tidak boleh. Apalagi semua anggota PSSI. Saya dengar semua isu itu. Saya sih tidak terlalu memikirkan. Asal tak melanggar peraturan, saya jalan terus saja.

Banyak orang ingin Nurdin Halid turun dari kursi Ketua Umum PSSI....


Coba lihat prestasi dia. Soal bekas narapidana, peraturan FIFA membolehkan. Apalagi anggota tetap memilih dia. Kalau soal tak disukai, semua Ketua Umum PSSI pernah diminta turun di tengah jalan.

Anda tidak mau jadi ketua umum?


Itu butuh kehadiran fisik 24 jam sehari. Kalau di negara lain, ada acara, ketua umum bisa diwakili. Di sini tidak bisa. Tapi saya siap membantu semuanya.

Sumber: http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/01/24/LU/mbm.20110124.LU135737.id.html


Sumber: Kompasiana


TOP.ORG Topsites The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku

FACEBOOK

Find us..

PhotobucketPhotobucketPhotobucket

BANNER

Photobucket Photobucket Photobucket

ADS

 

SETAN OREN Copyright © 2010 SetanOren.blogspot.com is Designed by SetanOren