Photobucket
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

28 January 2011

o2 News: Liga Premier Indonesia


STATUS KOMPETISI

PSSI kebakaran jenggot. Adanya LPI membuat mereka panas dingin. Berbagai ancaman mereka tebar. Mulai dari skorsing seumur hidup bagi siapapun yg terlibat di LPI, pencoretan di Tim Nasional, pemecatan klub dari anggota PSSI, dan juga kemungkinan jatuhnya hukuman dari FIFA. Selain itu juga mereka langsung mengumbar janji2 yang sebetulnya merupakan wacana lama yg tidak pernah terealisasi. Match Fee, Man of the Match, Suporter Terbaik, Wasit Terbaik, Panpel Terbaik, dan masih banyak kategori lainnya yang tidak hanya untuk satu musim kompetisi tapi juga per periode pertandingan. Pembagian saham Liga Super Indonesia juga dirubah yang tampaknya menguntungkan klub2 ISL. Tampaknya. Tapi ga tau nanti realisasinya gimana. Karena yg udah2 PSSI selalu punya ratusan dalih yg menguntungkan mereka.

Sikap PSSI bagi gw menunjukkan konsistensi pada sikap lama mereka.... TIDAK KONSISTEN. Mereka tidak mengakui kompetisi IPL. Gw setuju itu. Setiap event sepakbola seharusnya memang seijin dan sepengetahuan PSSI sebagai satu2nya Federasi Sepakbola di Indonesia yg diakui FIFA. Kalo mereka tidak mengakui, berarti di mata PSSI, kompetisi IPL hanyalah kompetisi hiburan yg mirip dengan tarkam, tapi tarkam berskala nasional. Dan karena itu turnamen ga resmi, harusnya PSSI ga perlu kebakaran jenggot sampe menghukum para pelaku sepakbola di LPI. Kan kalo ada yg maen tarkam juga mereka biasanya ga repot2 amat. Itu sebabnya gw bilang mereka plinplan alias ga konsisten.

Persibo, Persema dan PSM adalah klub anggota PSSI yg mengundurkan diri dari ISL karena ketidakmampuan dalam pengelolaan dana. Sesuai regulasi, mereka terkena hukuman degradasi satu tingkat masuk ke Divisi Utama. Ga perlu lagi ada hukuman tambahan sampai mereka dikeluarkan dari anggota PSSI. Ga semudah itu bos! Dan karena mereka masih jadi anggota, otomatis mereka juga berhak ikut Kongres PSSI kemarin.

Para Pelatih, Pemain dan Pengurus yg rame2 ikut LPI juga menurut gw ga perlu dihukum. Mereka cuma ga aktif di kompetisi resmi PSSI. Satu waktu bisa aja mereka masuk ke tim ISL. Ada aturan, setiap klub ISL yg mau ambil pemain dari klub amatir, berarti klub yg bersangkutan harus menyertakan Surat Alih Status bagi si Pemain yang diperkuat Surat Pindah dari klub yg bersangkutan. Tapi kalo klub yg bersangkutan tidak terdaftar di PSSI, dan itu jadi alasan si pemain ga bisa ke ISL, toh dia bisa menapak lagi dari bawah dengan masuk klub Divisi 1 PSSI yang memang berstatus Amatir. Jadi biarkanlah semua berjalan sesuai aturan yg berlaku. Ga usah ditambah2, apalagi dilandasi dengan kebencian pada 'pesaing'.

Soal Tim Nasional, gw setuju dengan Alfred Riedl. Setiap pelatih pasti punya kebijakan sendiri. Dia ga mau pake pemain yg ga maen di Kompetisi resmi PSSI. Kita pasti pernah denger kalo ada Pelatih Nasional di Eropa sana yg ga mau pake pemain yg tidak menjadi starter di klubnya masing2. Ada juga Pelatih Nasional yg ga mau ambil pemain yg tidak bermain di kompetisi level tertinggi di negara tsb. Jadi kalo Riedl punya pertimbangan seperti itu, ya wajar aja. Tapi bukan karena pemain yg bersangkutan dicoret keanggotaannya dari PSSI.

Sayang, PSSI tampaknya sudah menganggap IPL adalah sesuatu yg bisa menjatuhkan mereka. Kenapa? Takut kalah bersaing? Justru hal ini harus jadi pemicu tuk meningkatkan mutu ISL. Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalo di ISL ada 2 (dua) kendala terbesar bagi klub2nya. Yg pertama adalah DANA, dan yg kedua adalah WASIT. Dua hal ini yg jadi faktor seringnya muncul masalah2 di klub2 ISL. Nah harusnya di 2 hal inilah PSSI melakukan evaluasi besar-besaran. Tidak perlu ngurusin IPL, tapi uruslah diri sendiri.

SIKAP PERSIJA

Sering banget gw ditanya wartawan, kenapa Persija ga ke LPI. Buset, siapa sih gw. Yg berhak menentukan Persija ke LPI hanya klub2 pendiri Persija. Berarti yg jadi jubirnya ya Pak Toni Tobias. Tapi mungkin karena Pa Tony susah sekali dihubungin, demikian juga dengan manajer Persija Pa Harianto Bajoeri, jadi gw yg dicecer pertanyaan. Tapi okelah, biar semua jelas, gw coba ungkapin alasan versi gw.

Yg pertama, Persija tidak pernah diundang untuk ikut LPI. Klo ada pihak lain yg mengaku-ngaku sebagai Persija ya harusnya pihak LPI bisa lebih selektif dan tau mana yg sah dan mana yg bukan. Tapi bukan berarti Persija ga ke LPI karena ga punya pilihan. Persija justru telah menentukan sikap untuk TETAP berada di ISL. Baik Pak Fauzi Bowo yang melalui Kepala Dinas Olahraga saat itu Bapak Saefullah (sekarang Walikota Jakarta Pusat) maupun Ketua Umum Persija Bapak Toni Tobias sudah menyatakan dengan tegas klo Persija ikut ISL. Kenapa? Karena ISL adalah kompetisi resmi yang sudah diakui oleh FIFA. Karena Persija adalah anggota PSSI yang tentunya ikut kompetisi yg diselenggarakan PSSI. Karena ISL adalah kompetisi yang ada degradasi sebagaimana kompetisi di negara lain. Karena juara ISL berhak tuk mengikuti Piala Champion Asia.

Belakangan memang muncul polemik dengan keluarnya pernyataan dari Bapak Fauzi Bowo selaku Gubernur DKI yang menyatakan dukungan Persija tuk pindah ke LPI. Sebetulnya hal itu sudah jelas gw jabarin di o2 news. Pa Fauzi Bowo bahkan menyatakan langsung di tengah2 pertandingan Persija melawan Arema kemarin dalam kamar ganti pemain bahwa Pemda DKI tetap memberikan dukungan penuh kepada Persija. Bila Persija memutuskan tetap bermain di ISL, beliau tetap akan mensuport. Media sekarang memang sudah tidak independent lagi. Masing2 buat berita menurut versi otaknye sendiri, versi yg lebih mendukung kemauannye, tapi bukan versi yg sebenarnya.

Persija memang sedang mengalami kesulitan dana akibat tidak turunnya ABT tahun 2010. Tapi di tahun 2011 ini direncanakan akan turun dana hibah yg biasa disebut APBD. Mungkin turunnya sedikit terlambat, bisa bulan Maret atau April. Dan selama itu belum turun, Pa Harianto Bajoeri yang berjibaku untuk menutupi kewajiban manajemen terhadap hak2 pemain, pelatih dan karyawan Persija. Berharap pada PT Persija saat ini rasanya masih jauh dari harapan. Untuk penyelenggaraan pertandingan aje mereka masih belum bisa sebagus panitia Piala AFF kemarin. Apalagi bantu tim.

Gw juga belum bisa menilai IPL lebih jauh, apakah lebih berkualitas atau enggak. Mereka kan baru mulai, jadi belum merasakan kendala2 yang akan terjadi dalam penyelenggaraan kompetisi sepakbola di Indonesia. Dilihat dari klub, jelas belum bisa dinilai. Kecuali Batavia Union, Persebaya 1927, PSM, Persema dan Persibo, rata2 klub baru dibentuk beberapa bulan untuk menghadapi kompetisi ini. Para pemain juga didominasi oleh pemain lokal dan asing yang sudah tidak mampu bersaing lagi di ISL. Wasit asing yang dijanjikan ternyata wasit lokal juga yg mimpin. Meski belum tentu mencerminkan kualitas sebenarnya, tapi tetap statistik itu menunjukkan keunggulan ISL. Pihak LPI juga tau hal ini, makanya konsorsium LPI belakangan berusaha membantu klub2 dengan mengkontrak pemain2 asing yg lebih berkualitas dan mempunyai daya tarik sendiri.

Jadi tegasnya Persija milih ISL titik. Tapi bukan berarti Persija anti IPL. Justru adanya IPL membuat PSSI berusaha memperbaiki kompetisi ISL. Namun oknum2 di IPL yg bikin gw sewot. Seenaknya bujuk Bepe, Hendro dan Greg untuk pindah dengan jelek2in Persija. Seenaknya ngajarin 3 pemain muda Persija tuk ga menghormati kontraknya dengan Persija. Nah, kalo IPL mau bikin imej bagus di kalangan masyarakat bola Jakarta, seharusnya praktek2 kaya gini jangan mereka lakukan. Justru akan menimbulkan antipati. Apalagi muncul juga pernyataan kalo Jakarta 1928 adalah Persija juga. Enak aje. Persija ya Persija. Lahir tahun 1928 dan ikut ISL. Ga ada Persija lahir tahun 2010. Kalo mo bikin klub ga usah dompleng nama Persija dong.


the JAKMANIA

Sebetulnya ga ada yg bikin repot the Jakmania. Justru sikap oknum2 di kepengurusan yg bikin rumit urusan. the Jakmania didirikan untuk Persija. Mau Persija maen dimanapun ya tetep the Jakmania dukung. Tapi yg ada malah kebablasan. Baru jadi pengurus udah lantang bicara Persija ke LPI. Gw yakin orang kaya gini lebih banyak ada di Bunderan HI daripada di partai tandang Persija. the Jakmania suporter Persija, jadi tidak perlu mengeluarkan statemen MENDUKUNG atau TIDAK MENDUKUNG LPI. Satu-satunya statement adalah komitmen tuk selalu dukung PERSIJA.

Parahnya, tindakan oknum2 ini tidak sepengetahuan Ketua Umum the Jakmania Ayah Rico. Setidaknya itu yg disampaikan oleh Ayah Rico dalam pembicaraannya di Mes Persija dengan gw. PR berat nih bagi pengurus baru tuk merapatkan barisan agar tidak adalagi orang yg mengatasnamakan the Jakmania tuk bertindak semaunya. Sebaiknya untuk sementara waktu dipastikan kalo yg mengeluarkan statement hanyalah Ketua Umum, karena kebijakan pengurus baru tentunya berbeda dengan pengurus di jaman jahiliyah.

Lalu bila ada yg ikut nonton tim lain selain Persija, gw pikir juga ga usah terlalu diurusin. Selama mereka datang atas nama pribadi ya silahkan aje. Tapi bila ada yg mengkoordinasikan sejumlah anggota the jakmania tuk memberikan dukungan pada klub lain, nah ini yg harus ditegaskan. Apalagi sampe daftar jadi fans club nya segala. Soal penggunaan atribut saat nonton tim lain, gw pikir itu kebijakan pengurus the Jak aje. Kalo Pa Ketum bilang jangan ya kudu nurut lah.

Belakangan ini gw liat ada gerakan2 SOS (Save Our Soccer) dan ASI (Aliansi Suporter Indonesia). Tujuannya sebetulnya ujung-ujungnya sama.... Turunkan Nurdin! Rasanya kita semua sepakat kalo PSSI di era Nurdin menjadi era yang paling kontroversil. Banyak kejanggalan2 lahir seperti perubahan sistem kompetisi, pengampunan hukuman, kualitas wasit, hadiah kompetisi yg sebatas janji, dll. Namun untuk gerakannya gw ga sepaham. NH menjadi ketua yg sah lewat pemilihan. Jadi yg harus dipermasalahkan adalah yg milih. Ngapain semua ngumpul di Jakarta, sementara di daerah masing2 penyakitnya juga ada. Mendingan kita urus daerah kita masing2. Ganti orang2 yg tidak mau melihat aspirasi masyarakat bola di wilayahnya. Ganti dengan orang2 yang memang berkompeten dan sudah dikenal sebagai pemerhati sepakbola. Jangan gegabah dengan menampilkan tokoh2 baru yang ga jelas selama ini suka bola apa enggak.

Namun yg lebih penting saat ini, sebaiknya the Jakmania lebih fokus tuk penataan organisasinya. Kegiatan2 yg selama ini hilang, diselenggarakan kembali. Liga Jakmania sebetulnya bisa menjadi ajang silaturahmi yang pas sesama suporter Persija. Mengajarkan sportifitas, lebih mengenal satu sama lain yg selama ini jarang sekali ketemu, yang ujung2nya juga bisa mengurangi gesekan sesama anggota. Pengajian bulanan yg tempatnya bergiliran keliling korwil juga bisa jadi ajang sosialisasi the Jakmania pada masyarakat sekitar. Semuanya harus dimulai dari Pengurus. Dulu ada yg namanya kegiatan POS (Pemahaman Organisasi Suporter). Kegiatan ini seperti juklak bagi para pengurus baru sehingga mereka paham akan tugasnya masing-masing. Kalo pengurusnya kompak tentunya menular ke anggotanya.

Mungkin ada sebagian orang yg tidak sepaham setelah membaca tulisan ini. Tapi sejak awal gw udah bilang kalo ini adalah buah pikiran gw. Beda pendapat itu biasa, tapi bukan berarti harus berkembang jadi sebuah permusuhan. Mari kita saksikan episode-episode berikutnya dari pagelaran sepakbola Indonesia. Satu yg gw harapkan.... jangan politisir sepakbola kita. Sedangkan untuk the Jakmania mungkin syair dari sebuah lagu tahun 90an bisa jadi inspirasi bagi kita ........


Persija Jakarta ... menyatukan kita semua
Persija Jakarta ... mengisi kehidupan kita
walau ada 1000 klub bermunculan
walau ada 1000 kompetisi digelar

JANGAN HIRAUKAN......
KUKUHKAN.....
PERSIJA TETAP SATU.....

Ditulis Oleh: Bung Ferry
Sumber: o2News: LIGA PREMIR INDONESIA

Related Articles :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 comments:

Post a Comment

TOP.ORG Topsites The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku

FACEBOOK

Find us..

PhotobucketPhotobucketPhotobucket

BANNER

Photobucket Photobucket Photobucket

ADS

 

SETAN OREN Copyright © 2010 SetanOren.blogspot.com is Designed by SetanOren