Photobucket
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

12 January 2002

Artikel Tempo 03/I 20 Maret 1971: Japut Sang Juara


Majalah Tempo. 03/I 20 Maret 1971 .Jakarta Putra atau Japut adalah kesebelasan sepak bola yang populer di tahun 60-an. kini dikenal dengan nama Persija. Japut, kesebelasan UMS merupakan saingan terberat pada setiap kompetisi.

UNTUK mengikuti djedjak Persidja dari tahun ketahun tidak semudah naik lift. Apalagi untuk menjebutkan perkumpulan-perkumpulan jang pernah menang dalam kompetisi jang pernah diadakan oleh Persatuan Sepakbola Indonesia Djakarta itu. Winarto, petugas Sekretariat Persidja akan selalu merasa disudutkan bila kepadanja ditanjakan daftar djuara-djuara Persidja dari tahun 50-an. Demikian pula kolega sekantornja jang bernama Rahim hanja bisa menggelengkan kepalanja seraja melahirkan kata-kata: “Saja tidak ingat. Kalau memang perlu terpaksa harus ditjari diarsip dulu”. Jang dimaksudkannja tidak lain terpaksa harus membuka “Kamar Hantu”, ruang arsip Sekretariat Persidja jang terletak dikolong tribune. Dan rupanja untuk membuka ruangan itu, bagi orang-orang seperti Rahim mengandung arti keramat. Kalau kedua orang jang tergolong tua di Persidja itu tak mampu membantu, apa lagi orang-orang baru disana. Namun penjelidikan tentang soal tersebut tidak boleh begitu sadja dihentikan hanja karena ruang arsip telah mendjadi “Kamar Hantu”. Wartawan Olahraga TEMPO, achirnja menemukan djuga apa jang ditjarinja selama ini.

Di Sekretariat Persatuan Sepakbola Djakarta Putera jang menumpang dikediaman Anwar Dado, managernja, nama-nama kesebelasan-kesebelasan jang pernah mendjadi Djuara masih terukir rapi pada piala-piala perak setinggi 60 sentimeter jang ada disana. Pada Piala Bergilir tertera tjatatan kesebelasan-kesebelasan jang pemah mendjuarai Persidja sedjak 18 tahun jang lalu.

Mojang. Meskipun Djakarta Putera baru populer di tahun 60–an tapi perkumpulan ini sudah mempunjai tradisi jang tjukup tua. Nenek mojangnja adalah PS Ster, alias “Setia Tuhu Enggoni Rukun” jang pertamakali diketuai oleh R. Soekardi bersama R. Soerodjo, Surjadi (MOS), Thamrin, (BSVC) jang kemudian bersama-sama mendirikan Voetbalbond Indonesia Jacarta atau VIJ di bulan Nopember 1928. Nama jang sulit dibatja itu kini disederhanakan dengan nama PERSIDJA.

Pada djaman jang disebut “normal”, atau seperti kata sedjarah “zaman Pendudukan Djepang”, para pengasuh Ster sama tertjetjer. Kebanjakan meninggalkan Betawi jang mengakibatkan muntjulnja angkatan muda untuk seterusnja meremadjakan Ster mendjadi PS Bhakti. Pada tahun 1957 Bhakti nikah dengan PS HBS. Dari perkawinan itu lahirlah PS Djakarta Putera jang kini diketuai oleh Brigdjen Zamzam. Sedang pengasuh sehari-hari dipertjajakan kepada Anwar Dado dan Bakir Gordy, bekas pemain-pemain PSSI. Sudah tentu untuk bisa merebut kedjuaraan berkali-kali tidak tjukup dengan mereka sadja. Karena itu nama-nama lain seperti Ali Aldjami, Erwin Baharuddin dan Anhar, sesepuh-sesepuh Djakarta Putera djuga, akan selalu digandengkan dengan perkumpulan itu.

Jahut. Dalam suatu wawantjara Dado berkata: “Latihan keras, semangat kekeluargaan diantara pemain dan djaminan jang tjukup, adalah faktor utama untuk mendjadi Djuara”. Karena itulah Dado selalu mensuply anak buahnja dengan katjang idjo. Bukan hanja itu sadja, di samping susu murni setiap hari, pada pemain-pemainnja ia memberi honor jang tjukup tinggi. Konon sekitar Rp 15.000 ditambah djaminan pengobatan dan uang saku. Di sini letak rahasia bahwa Dado tidak kelihatan chawatir dengan muntjulnja Djaja Karta dikangauw persepakbolaan. Bahkan dia mendukung dengan tjatatan: tak ada pentjomotan pemain-pemain dari perkumpulan lain jang dapat melemahkan lawan sekompetisi. Memang mengherankan bahwa dia djustru mengchawatirkan UMS seperti katanja: “Saingan jang terberat masih UMS”. Alasannja hanjalah karena perkumpulan jang bernama Inggeris itu mempunjai lapangan sendiri, punja coach jang sudah barang tentu maut, dan punja asrama jang konon jahut.

Lantas bagaimana mereka mempersiapkan diri menghadapi UMS? Ali Sani, gelandang DJAPUT jang selama ini dilatih sebagai “kapal pendjeladjah” untuk areal tengah di setiap lapangan pertandingan, diharapkan bisa bergaja “ortodoks dengan posisi dimuka keempat pemain belakang”, kata Dado ditengah lapangan latihan Petodjo. Agaknja Dado bermaksud mematahkan kekuatan UMS pada poros tengah kesebelasan itu. “Tapi itu tergantung keadaan lawan tentunja”, udjarnja pula.

Sjahdad penggemar Sepakbola di Ibukota kurang puas dengan kemenangan demi kemenangan jang pernah ditjapai DJAPUT. Mereka beranggapan bahwa kemenangan itu telah mereka renggutkan dengan segala matjam tjara, dimana main kasar termasuk salah satu tjaranja. Penilaian sematjam itu mungkin dibajangi oleh ingatan bagaimana Dado ditahun 1968 dalam sebuah kompetisi pernah melompati pagar dan menggebuk wasit Rompas, ketika jang disebut belakangan ini dianggap mengambil keputusan setjara tidak fair terhadap anak asuhannja. Dalam tjatatan masih tertera bahwa karena lompatan pagar dan gebukan itu, Dado achirnja dischors setahun oleh Persidja. Bagaikan orang main dadu, mungkin ketika itu jang keluar tjuma angka sial jang bernilai satu. Terhadap kesan djelek itu Dado mengemukakan sematjam alasan bahwa “itu sudah lampau”. Ia tidak melihat lagi bahwa kekasaran bisa membawa kemenangan, karena kini “kesebelasan jang baik djustru jang akan menang”. Dadu-dadu jang dilemparkan Dado kini berangka enam.

Sumber: https://bolaindo.wordpress.com/2009/01/28/japut-sang-juara/

Related Articles :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 comments:

Post a Comment

TOP.ORG Topsites The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku

FACEBOOK

Find us..

PhotobucketPhotobucketPhotobucket

BANNER

Photobucket Photobucket Photobucket

ADS

 

SETAN OREN Copyright © 2010 SetanOren.blogspot.com is Designed by SetanOren