Pemerintah melarang penggunaan APBD untuk membiayai klub profesional di Indonesia. Keputusan ini tentu saja membuat sejumlah klub pro di Tanah Air harus putar otak untuk mencari sumber dana guna mengikuti kompetisi musim mendatang.
Pakar marketing sekaligus pengamat olahraga Fritz E Simandjuntak berpendapat bahwa ada sejumlah hal yang bisa menjadi pintu bagi klub untuk mendapatkan dana selain dari APBD yakni hak siar televisi, sponsor utama dan pendamping.
Namun memang faktanya belum banyak perusahaan yang berminat menjadi sponsor atau mendanai klub sepakbola di Indonesia. Klub-klub yang memiliki bintang atau nama besar seperti Persija Jakarta, Sriwijaya FC, Persisam Samarinda, atau Persipura Jayapura pun juga masih bergantung kepada anggaran belanja daerah.
Lalu apa langkah yang harus dilakukan oleh klub? Fritz berpendapat bahwa ada empat hal yang bisa dilakukan oleh klub untuk bisa menjual diri kepada sponsor.
"Pertama, klub sepak bola harus mampu membangun karakter dan prestasi baik dari klubnya sekaligus diasosiasikan dengan masyarakat di mana jadi basis klub itu," kata Fritz dalam surat elektroniknya menjawab pertanyaan detikSport.
"Kedua, karakter dan prestasi ini kemudian dikemas untuk dijual kepada produk atau sponsor yang dituju. Ketiga, bangun hubungan yang intens dengan suporter. Kasih kesempatan suporter memberikan masukan tentang pola permainan dan pemain yang harus direkrut."
"Keempat, klub harus bisa membuktikan tangible dan intangible values kepada sponsor," tuntasnya.
Sumber: BeritaBola Related Articles :
0 comments:
Post a Comment