Photobucket
English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

11 February 2011

Menanti Akhir Episode Rumah “The Jak”


Sebuah warung dengan cat berwarna oranye tampak mencolok mata apabila Anda melintas di sekitar Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Di luarnya tampak beberapa pemuda tengah berbincang-bincang dengan atribut kaos berwarna oranye bertuliskan “Gue Anak Jakarta”.

Masuk ke dalam warung, rupanya warna oranye kembali mendominasi. Di sebelah kanan warung tersebut dijadikan sebuah toko pernak-pernik The Jakmania, suporter fanatik Persija Jakarta. Dengan segera bisa disimpulkan bahwa tempat tersebut ada tempat berkumpulnya The Jakmania.

Warung kecil itu milik Suwarti (57). Ia sudah tinggal di sana sejak tahun 1990 itu. Tempat ini juga menjadi lokasi kongko-kongko para “The Jak”. “Tiap sore, biasanya pulang sekolah atau pulang kuliah mereka ke sini main. Jadi saya sudah biasa bergaul sama mereka,” kisah Suwarti saat dijumpai, Jumat (11/2/2011).

Warung itu, lanjut Warti, bahkan juga dijadikan tempat bernaung para pendukung “Macan Kemayoran”. Ketika ada pertandingan malam Persija, “The Jak” kerap menumpang menginap, mandi, atau sekadar menghabiskan waktu hingga pagi hari di warung kecilnya. Hubungan mereka sudah seperti keluarga. Kebetulan, anak Warti juga penggila bola dan salah seorang Koordinator Lapangan “The Jakmania”. “Di sini sudah seperti rumah ‘The Jak’,” ucap Warti.

Dari usaha “rumah The Jak” ini, Warti bisa mengumpulkan uang hingga bisa menyekolahkan tujuh orang anaknya. Omset yang didapat Warti bisa mencapai Rp 800.000 bila ada pertandingan, khusus untuk kantinnya. Pemasukan itu belum ditambah dengan penghasilannya dari bisnis atribut suporter Persija yang dikelola anaknya. Bisnis atribut ini, katanya, bisa meraup sampai Rp 1,5 juta sehari setiap kali ada duel Persija di tempat tersebut.

“Alhamdulillah, apalagi suami saya juga sudah pensiun, jadi yah memang ini saja pendapatan kami,” tutur perempuan asal Solo ini.

Pasrah

Terkait rencana penggusuran Stadion Lebak Bulus akibat proyek pembangunan Mass Rapid Transit (MRT), Warti mengaku khawatir tempatnya juga akan terkena imbas penggusuran. Pasalnya, wacana tersebut sudah tersiar di warga sejak 10 tahun lalu dan saat proyek monorel baru dimulai.

“Tapi kalau kami benar-benar digusur sekarang, ya sudah kami pasrah. Tidak ada niat kami, warga di sini, untuk perang lawan petugas,” tuturnya.

Warti mengatakan, hanya satu permintaan sederhana yang diinginkan warga sekitar. “Kami mohon saja agar timbal baliknya setimpal supaya bisa kami pakai untuk usaha baru dan cari tempat tinggal baru lagi,” tambah Warti.

Setelah digusur nanti, Warti tetap berkeinginan untuk membuka warung dan berjualan pernak-pernik Persija. “Keluarga kami, karena dari lama tinggal di sini, jadi cinta sama bola sampai cucu-cucu saya suka dengan Persija,” tandas Warti.

Kenangan keluarga Warti dan para “The Jak” bersantai di sebuah warung sederhana sembari membagi kegilaan akan sepak bola kini mulai memasuki babak akhir. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk menggusur Stadion Lebak Bulus dan sekitarnya untuk dijadikan depo MRT. Tiga puluh tahun sudah stadion itu berjasa bagi sepak bola tanah air dan kini tinggal menunggu waktu menjadi sebuah kenangan.

Sumber: KoranBola.Info

Related Articles :


Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Facebook

0 comments:

Post a Comment

TOP.ORG Topsites The Republic of Indonesian Blogger | Garuda di Dadaku

FACEBOOK

Find us..

PhotobucketPhotobucketPhotobucket

BANNER

Photobucket Photobucket Photobucket

ADS

 

SETAN OREN Copyright © 2010 SetanOren.blogspot.com is Designed by SetanOren