Tempo 27 Januari 1973. Pengurus persija periode 1972-1974 berhasil disusun, sukahar masih di pucuk pimpinan. ada beberapa pengurus baru yang mungkin dapat merubah suasana baru persija. komposisi pengurus dianggap ideal.
TERTUNDANYA Rapat Anggota Persija sejak Nopember tahun lalu, hanya menunda terpilihnya kembali Drs Sukahar sebagai Ketua Umum Persija yang baru. Tanggal 14 Januari yang lalu sebanyak 27 dari 31 klub anggota Persija telah meluangkan 8 jam dari hari minggunya untuk menyusun Pengurus periode 1972–1974. (lihat box: Susunan Pengurus Persija 1972-1974).
Sudah barang tentu tampilnya Sukahar untuk sekian kalinya di pucuk pimpinan persepakbolaan Ibukota disambut pendukungnya dengan rasa gembira, meski tidak kurang pula yang memberi reaksi urut dada. Tetapi nampaknya ada titik pertemuan di antara mereka: kewibawaan Danjen Akabri yang berpangkat Irjen Pol ini masih dirasakan dominan untuk bisa ditinggalkan begitu saja. Ini terbukti 38 dari 68 suara sidang yang direbutnya dibandingkan dengan 27 sara yang diperoleh Drs Sukendro, tokoh baru dari Ps Mahasiswa.
Shock therapy. Adakah dengan kewibawaan melulu bond sepakbola Ibukota ini dapat direvisi? Jawabnya tersurat dan tersirat dalam komposisi kepengurusan. Di samping Sukendro sebagai ketua, Hutasoit yang selama ini dikenal sebagai penggerak Persija dikukuhkan pula sebagai ketua bersama Utarjo dari Indonesia Muda. Ditambah dengan Surojo sebagai Sekretaris, juga pendatang baru dari IM, nampaknya slok therapy sewaktu-waktu bisa terjadi untuk menyehatkan Persija. Semenara roda kompetisi yang lazim dijadikan barometer persepakbolaan Jakarta, akan dikemudikan oleh Eddie Hutabarat tokoh dari klub Oliveo yang lebih menonjol kritik-kritiknya terhadap pengurus lama dari pada mutu kesebelasannya. Kepada Pemimpin Kompetisi Persija yang baru ini publik mengharapkan produk tontonan yang leratur dan dan lumayan. Dan untuk mencapai sasaran ini agaknya Pemimpin Kompetisi tidak bisa lain kecuali mengambil inisiatif merombak sistim kompetisi sekarang berlaku.
Komisi Teknik. Sementara lembaga Komisaris yang membawahi berbagai panitia akan disusun kemudian oleh pengurus harian (terdiri dari para ketua, sekretaris, bendahara dan pemimpin kompetisi), nampaknya soal pembinaan dan penyusunan team akan merupakan masalah juga. Apakah Panitia Teknik (Komisi Teknik) akan langsung dikepalai oleh salah seorang dari 4 komisaris ataukah langsung dipimpin oleh salah seorang ketua dari Pengurus Harian. Atau mungkin juga berdiri sendiri dengan tanggung jawab melalui Komisaris atau langsung kepada salah seorang ketua. Tapi rupanya berbagai kesulitan Persija dan komposisi pengurus yang baru ini sudah dipertimbangkan matang-matang beberapa hari menjelang Rapat tanggal 14 Januari. Konon Indonesia Muda dan Ps Mahasiswa telah menyebarkan “Evaluasi Persija Tahun 1970-1972″ sebagai bahan lobby. Dalam evaluasi tersebut para anggota digugah untuk turut menanggulangi beberapa kesulitan seperti: Kompetisi brengsek klub-klub tidak dapat berkembang penonton kompetisi kurang dan keuangan klub sangat lemah. Meskipun masalah yang dikemukakan itu bukan barang baru, tapi jika dilihat enthusiasme dan hasrat Sukendro dari Ps Mahasiswa yang dikemukakan pada TEMPO menjelang rapat pemilihan, mudah diduga komposisi sekarang adalah “ideal” – paling tidak bagi mereka yang mendukung pembaharuan. lihat box: Lima Pola Sukendro.
“Biru-putih”. Dalam rapat pemilihan yang lalu itu menarik perhatian juga sikap sementara anggota yang dikenal sebagai klub berpotensi besar tapi tidak kentara ambisinya untuk mendapatkan kursi kepengurusan. Terutama UMS yang kini tengah mengalami penyegaran’ pimpinannya. Emon Sajidiman, Ketua klub “Biru putih” ini menerangkan pada TEMPO, bahwa “sebaiknya fungsi Persija tidak lebih dari kordinator yang menciptakan iklim baik buat perkembangan klub-klub anggotanya”. Apa yang dimaksudkan dengan “iklim baik” itu tidak lain adalah “penyediaan fasilitas lapangan latihan, kebebasan kepada klub-klub untuk memperkembangkan diri dan lain sebagainya”. Sebagai pimpinan perusahaan cat Warna Agung yang kini menarnpung kepengurusan UMS dan kegiatannya di Persija, Emon mengingatkan bahwa “Persija bukan super klub. Sebab tanpa klub tidak akan ada Persija”.
Adakah konsep praktis dari pimpinan yang baru untuk membantu pembinaan klub-klub? Inilah yang dituntut. Dan issue klub-sentris versus bond-sentris nampaknya akan tetap mewarnai tahun kerja pengurus 1972-1974.
***
Susunan Pengurus Persija Periode 1972-1974
Ketua Umum : Sukahar Ketua : Sukendro Ketua : F.H. Hutasoit Ketua : Utarjo Sekretaris I : Surojo Sekretaris II : Rudy Tambajong Bendahara I : S.J. Siahaja Bendahara II : D. Tuhuleru Pemimpin Kompetisi I : Eddy Hutabarat Pemimpin Kompetisi II: Sukarman Dipo
Sumber : Tempo 27 Januari 1973.
You are Here: Home > Artikel Tempo 27 Januari 1973 : PERSIJA, MENCARI IKLIM BARU
0 comments:
Post a Comment