Sebelum bergabung dalam klub, saat berumur belasan tahun Soetjipto bermain sepak bola di jalanan di daerah Kebayoran Baru, Jakarta, pada tahun 1954. Selanjutnya, ia menjelma menjadi salah satu pemain hebat sepanjang sejarah sepak bola Indonesia hingga level asia.
Peruntungannya berubah sejak bergabung dengan IPPI Kebayoran. Namanya mulai dikenal publik ketika membela Setia Jakarta ( klub internal Persija ). Pelatih timnas junior, Djamiat Dalhar, mengetahui potensi yang dimiliki Soetjipto dan menarikanya ke timnas junior. Nama pria kelahiran 16 Juni 1941 itu kian menanjak ketika masuk dalam timnas senior yang dilatih Tony Pogacnik.
Di usianya yang baru 16 tahun Soetjipto sudah memperkuat Persija. Gareng pun menjadi sebutan Soetjipto lantaran tubuhnya yang tak tinggi itu.
Kemampuan menjaga bola dari serangan lawan, tendangannya yang keras dan terarah dari berbagai sudut, serta kemampuan mengecoh pemain lawan menjadi contoh kelebihan Soetjipto. Penyerang kelahiran Bandung ini menyandang ban kapten timnas selama beberapa tahun.
Seperti dikutip dalam buku Sepakbola Indonesia Alat Perjuangan Bangsa, saat timnas melakukan lawatan ke beberapa negara di Eropa medio 1965, sosok Soetjipto cukup memukau publik di sana dengan mencetak gol-gol spektakuler, terutama ketika melawan Feyenord dan Werder Bremen.
Tahun 1970 Soetjipto memutuskan gantung sepatu. Setelah belajar ilmu kepelatihan di Jerman Barat (1978), Soetjipto beralih profesi menjadi pelatih. Tercatat Buana Putra Galatama, Persiba Balikpapan dan Persiraja Banda Aceh pernah dilatihnya. Soetjipto juga pernah membawa timnas junior ke Piala Dunia U-20 di Tokyo pada tahun 1979.
Sumber : BOLA, edisi 2.144, 13-14 Januari 2011
Peruntungannya berubah sejak bergabung dengan IPPI Kebayoran. Namanya mulai dikenal publik ketika membela Setia Jakarta ( klub internal Persija ). Pelatih timnas junior, Djamiat Dalhar, mengetahui potensi yang dimiliki Soetjipto dan menarikanya ke timnas junior. Nama pria kelahiran 16 Juni 1941 itu kian menanjak ketika masuk dalam timnas senior yang dilatih Tony Pogacnik.
Di usianya yang baru 16 tahun Soetjipto sudah memperkuat Persija. Gareng pun menjadi sebutan Soetjipto lantaran tubuhnya yang tak tinggi itu.
Kemampuan menjaga bola dari serangan lawan, tendangannya yang keras dan terarah dari berbagai sudut, serta kemampuan mengecoh pemain lawan menjadi contoh kelebihan Soetjipto. Penyerang kelahiran Bandung ini menyandang ban kapten timnas selama beberapa tahun.
Seperti dikutip dalam buku Sepakbola Indonesia Alat Perjuangan Bangsa, saat timnas melakukan lawatan ke beberapa negara di Eropa medio 1965, sosok Soetjipto cukup memukau publik di sana dengan mencetak gol-gol spektakuler, terutama ketika melawan Feyenord dan Werder Bremen.
Tahun 1970 Soetjipto memutuskan gantung sepatu. Setelah belajar ilmu kepelatihan di Jerman Barat (1978), Soetjipto beralih profesi menjadi pelatih. Tercatat Buana Putra Galatama, Persiba Balikpapan dan Persiraja Banda Aceh pernah dilatihnya. Soetjipto juga pernah membawa timnas junior ke Piala Dunia U-20 di Tokyo pada tahun 1979.
Sumber : BOLA, edisi 2.144, 13-14 Januari 2011
0 comments:
Post a Comment